Showing posts with label KTI / SKRIPSI. Show all posts
Showing posts with label KTI / SKRIPSI. Show all posts

Monday 10 January 2022

CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN PEMASARAN

ABSTRAK

MISKA, 2018. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan pada Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Makassar. Skripsi, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadeiyah Makassar.

(dibimbing oleh pembimbing I Moh. Aris Pasigai dan pembimbing II Nasrullah).

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien pengguna BPJS pada Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Makassar. Penelitian ini bertujuan mengetahui adakah pengaruh pengaruh yang signifikan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien pengguna BPJS pada Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Makassar.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif jenis penelitian survei Populasi dalam penelitian ini seluruh pasien Rumah Sakit pendidikan UNHAS. Sedangkan jumlah sampel ditetapkan dengan menggunakan metode Slovin sebanyak 118 pasien. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisis data tediri dari Analisis Deskriptif, Analisis Regresi Linear Sederhana,uji validitas, Uji Reliabilitas, dan Analisis Koefisien Determinasi (R2) .

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa : 1) Ada pengaruh positif dan signifikan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien pengguna BPJS kesehatan pada Rumah Sakit Pendidikan Unhas Makassar 2) Kualitas Pelayanan memiliki peranan penting terhadap kepuasan pasien pengguna BPJS kesehatan, salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu memberikan pelayanan yang baik kepada pasien pengguna BPJS kesehatan agar dapat memberikan kepuasan bagi pasien pengguna BPJS.

Kata Kunci : Kepuasan Pasien, Kualitas Pelayanan

x


ABSTRACT

MISKA, 2018. The Influence of Service Quality on Patient Satisfaction of Social Health Insurance Provider Body at Education Hospital of UNHAS Makassar. Thesis, Department of Management Faculty of Economics and Business University of Muhammadiyah Makassar.

(guided by supervisor I Moh Aris Pasigai and mentor II Nasrullah).

The main problem in this research is whether there is a significant influence of service quality on patient satisfaction BPJS user at Education Hospital of UNHAS Makassar. This study aims to determine whether there is influence of the significant effect of service quality on patient satisfaction BPJS user at Education Hospital of UNHAS Makassar.

This study used a quantitative approach survey type survey Population in this study all patients of UNHAS Education Hospital. While the number of samples was determined using Slovin method as many as 118 patients. Data collection techniques in this study using questionnaires. Data analysis consists of Descriptive Analysis, Simple Linear Regression Analysis, validity test, Reliability Test, and Coefficient of Determination Analysis (R2).

The result of the research shows that: 1) There is positive and significant effect of service quality to patient satisfaction of BPJS health user at Makassar Unhas Education Hospital 2) Quality of Service has an important role to patient satisfaction BPJS health user, one of the efforts that can be done is to provide services both to patients of BPJS health users in order to provide satisfaction for patients using BPJS.

Keywords: Patient , Quality of Services



 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas. Dalam kehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi memberikan berbagai pelayanan publik yang di perlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, utilitas, dan lainnya. Selain itu, masyarakat pada umumnya sangat bersentuhan dengan pelayanan untuk memperoleh barang maupun jasa dalam kehidupan bermasyarakat, karena tiap individu merupakan makhluk sosial.

Pada dasarnya pelayanan merupakan kegiatan interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain dan menyediakan kepuasan pelanggan sedangkan pengertian dari pelayanan publik itu sendiri adalah aktifitas atau manfaat yang diberikan oleh penyedia layanan yaitu organisasi kepada konsumen sebagai penerima layanan yang bersifat tidak berwujud dan tidak dimiliki. Berbagai gerakan reformasi publik (publik reforn) yang di alami negara-negara maju pada awal tahun 1990-an banyak di ilhami oleh tekanan masyarakat akan perlunya peningkatan kualitas pelayanan publik yang di berikan oleh pemerintah. Di indonesia, upaya memperbaiki pelayanan sebenarnya juga telah sejak lama di laksanakan oleh pemerintah, antara lain melalui inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di bidang usaha. Upaya ini di lanjutkan dengan surat

1

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 81/1993 tentang tatalaksana pelayanan umum.

Berdasarkan keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993 kemudian di sempurnakan dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 mendefinisikan pelayanan umum sebagai berikut :

“Segala bentuk pelayanan yang di laksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Keputusan MENPAN nomor 63/2003)”.

Menurut Nigrum dalam Dewi (2014: 535). Kualitas pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan karena kebutuhan masyarakat atau perorangan terhadap kesehatan yang sesuai dengan standar dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar, efisien, efektif dalam keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat, serta diselenggarakan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma dan etika yang baik. Pelayanan kesehatan, baik di Polindes, Pustu, Puskesmas, rumah sakit, atau institusi pelayanan kesehatan lainnya, merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait, saling tergantung, dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan aspek pelayanan. Memberikan pelayanan terbaik bukanlah sesuatu hal yang mudah bagi pengelola rumah sakit karena pelayan yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasiennya menyangkut kualitas hidup para pasien. Sehingga apabila terjadi kesalahan dalam tindakan medis dapat berdampak buru bagi pasien.

Rumah sakit sebagai bagian dari sistem kesehatan dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas pasien. Dengan demikian rumah sakit merupakan salah satu pelaku pelayanan kesehatan yang kompetitif harus dikelola oleh pelaku yang mempunyai jiwa wirausaha yang mampu menciptakan efisiensi, keunggulan dalam kualitas dan pelayanan, keunggulan dalam inovasi serta unggul dalam merespon kebutuhan pasien.

Kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu layanan produk dengan harapannya yaitu kepuasan. Kepuasan pasien ini dapat tercipta melalui pelayanan yang baik oleh para tenaga medis yang ada di instansi kesehatan. Dengan demikian bila pelayanan kurang baik maka pasien yang merasa tidak puas akan mengajukan komplain pada pihak rumah sakit. Komplain yang tidak segera ditangani akan mengakibatkan menurunnya kepuasan pasien terhadap kapabilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Kepuasan konsumen telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis dan manajemen. Pasien akan merasa puas apabila ada persamaan antara harapan dan kenyataan pelayanan kesehatan yang diperoleh.

Berdasarkan survei yang dilakukan pada rumah sakit pendidikan UNHAS Makassar pengguna BPJS masih mengalami banyak hambatan, dikarenakan pembatasan sarana prasarana yang diberikan seperti penarikan biaya saat memasuki Instalasi Gawat Darurat. Adanya ketentuan beberapa pelayanan kesehatan yang tidak di jamin oleh BPJS kesehatan. Serta masih ditemukan keluhan dimana pengguna BPJS kesehatan mengeluhkan terlalu lama waktu yang diperlukan untuk mengurus persyaratan BPJS saat mereka hendak berobat, dimana dulu mereka bisa langsung menuju poli klinik yang mereka tuju tetapi dengan adanya BPJS mereka merasa lebih lama untuk menuju poli atau tempat berobat yang mereka tuju.

Oleh karena itu dengan pentingnya kualitas pelayanan dan kepuasan pasien pengguna BPJS kesehatan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNHAS MAKASSAR”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien pengguna BPJS kesehatan pada Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien pengguna BPJS kesehatan pada Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Makassar?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang sumber daya manusia pada khususnya. Penulis juga berharap bahwa hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan serta referensi bagi penulis lain yang akan mengadakan penelitian dengan judul atau materi yang sama.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi jajaran manajerial pada perusahaan yaitu sebagai bahan masukan dan evaluasi untuk terus meningkatkan pengetahuan manajemen Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Makassar dalam menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien pengguna BPJS kesehatan,yang pada akhirnya nanti diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan BPJS yang diberikan.

Selengkapnya...


Sunday 13 August 2017

HUBUNGAN GRAVIDA DAN HIPEREMESIS

                                                                    BAB I
                                                          PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

         Umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. oleh karena itu, pelayanan antenatal merupakan cara penting untuk mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.
         Data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat kehamilan dan persalinan, fakta ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit. Diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di negara berkembang. (http://akuindonesia.wordpress.com.online)
Masalah psikologis dapat mempredisposisi beberapa wanita untuk mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala ”normal”. kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, atau karena beban pekerjaan akan menyebabkan penderitaan batin dan konflik. Wanita yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan, rentan terhadap masalah dengan distres emosional menambah ketidaknyamanan fisik. (Denise Tiran, 2009: 15)
       Koren menggambarkan mual dan muntah sebagai gangguan medis tersering selama kehamilan. Power etal mencatat sekitar 51,4% wanita mengalami mual dan 9,2% wanita mengalami muntah. Glick dan Dick beranggapan bahwa sekitar 50% wanita mengalami gejala. Emelianova et al  menemukan frekuensi mual sebesar 67% dan 22% insidensi muntah dalam sekelompok wanita yang berjumlah 193 orang, sementara O’Brien dan Naber mengatakan bahwa 70% wanita mengalami mual dan 28% insidensi, yaitu 28% hanya mengalami gejala mual dan 52% mengalami mual dan muntah. (Dennise Tiran, 2009: 2-3)
        Berbagai kesulitan ekonomi yang terdapat pada permasalahan psikologis dan sosial saat ini menyebabkan kasus hiperemesis gravidarum meningkat. Adanya permasalahan kesehatan yang dialami wanita dengan hiperemesis gravidarum membawa implikasi pada asuhan keperawatan. perawat dituntut untuk mampu memberikan pelayanan keperawatan profesional melalui  perannya  sebagai praktisi ahli, edukator, peneliti, dan konsultan  sehingga dapat menjadi model peran, advokat, dan agen pembaharu. melalui perannya tersebut diharapkan perawat dapat membantu  mengatasi  berbagai masalah yang ditimbulkan pada kehamilan dengan hiperemesis gravidarum. (Nengah Runiari, 2010: 4)
         Sebagian kecil ibu hamil 0,3-2% akan mengalami kondisi yang serius yang disebut hiperemesis gravidarum. kondisi ini membutuhkan rujukan yang cepat kedokter. studi dilakukan oleh Signorello et al untuk menyelidiki efek asupan lemak pra kehamilan  terhadap keparahan hiperemesis. Disimpulkan bahwa asupan lemak total yang tinggi, terutama lemak yang tersaturasi akan meningkatkan resiko terjadinya hiperemesis yang parah.
(Diana Fraser, 2009: 363)
        Keadaan hiperemesis gravidarum yang sangat patologis jauh lebih jarang terjadi dibandingkan mual dan muntah secara logis. Kelli memperkirakan bahwa hiperemesis gravidarum yang sangat patologis terjadi dalam 1:500 kehamilan, dan Walters menyatakan bahwa insidensinya adalah antara tiga dari sepuluh per seribu kehamilan Kuscu dan Koyuncu meyakini bahwa kisarannya adalah antara satu dan dua puluh per seribu kehamilan. Dalam studi Power et al, sekitar 2,4% wanita yang mengalami mual dan muntah memerlukan hospitalisasi untuk hiperemesis gravidarum. (Dennise Tiran, 2009: 3)
        Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan pada Tahun 2007 sebanyak 143 kematian atau 92,89 per 100.000 kelahiran hidup,  Sedangkan Tahun 2008 jumlah kematian ibu maternal mengalami penurunan menjadi 121 orang atau 85,17 per 100.000 kelahiran hidup dan pada Tahun 2009 menurun lagi menjadi 118 orang atau 78,84 per 100.000 KH. Kematian ibu maternal tersebut terdiri dari kematian ibu hamil (19%), kematian ibu bersalin (46%), dan kematian ibu nifas (35%), dan salah satu penyebab dari kematian ibu hamil tersebut adalah hiperemesis gravidarum. (http://datinkessulsel.wordpress.com)
       Berdasarkan data hasil medical record di RSUD Haji Makassar diketahui bahwa penderita hiperemesis gravidarum  yang dirawat selama periode Januari s/d Desember 2014 sebanyak 40 orang dari 1.043 wanita hamil yang memeriksakan kehamilannya.
Berdasarkan uraian dari data-data yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik ingin melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Hubungan Gravida dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dapat disimpulkan bahwa masalah pokok penelitian adalah terjadinya gravid dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh hubungan gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum maka  dirumuskan masalah “Apakah ada hubungan gravid dengan hiperemesis Gravidarum?




Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengidentifikasi hubungan gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015
Tujuan khusus
Mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan gravida di RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015
Mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan hiperemisis di RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015
Mengetahui hubungan gravida dengan hiperemesis gravidarum di RSUD RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015
Manfaat Penelitian   
Secara Teoritis
Untuk menambah pengetahuan tentang hubungan Gravida dengan kejadian hiperemesis Gravidarum.
Secara Praktis
Untuk peneliti
Meningkatkan wawasan penulis tentang hubungan Gravida dengan kejadian hiperemesis Gravidarum, mampu mengenali permasalahan kesehatan di masyarakat serta dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat di bangku kuliah.
Sebagai masukan untuk profesi kesehatan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan dalam menangani terjadinya hiperemesis gravidarum.
Untuk klien dan keluarga
Untuk memberikan informasi  dan gambaran serta pengetahuan tentang hiperemesis yang dialami ibu.
Untuk peneliti selanjutnya
Dapat menambah informasi dan sebagai bahan bacaan bagi penelitian selanjutnya mengenai hubungan gravida dengan hiperemesis gravidarum

                                                              BAB II
                                                TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Pengertian Kehamilan
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). (Hj.Saminem, 2009: 1)
    Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari zigot, ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Ida Ayu candranita Manuaba, dkk, 2010: 75)
        Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Abdul Bari Saifuddin, 2010: 213)
Tanda–tanda kehamilan dapat dibagi dalam tiga kategori besar yaitu: tanda tidak pasti hamil, tanda kemungkinan hamil dan tanda pasti kehamilan.


Tanda-tanda tidak pasti (presumtif)
Tanda-tanda presumtif adalah perubahan fisiologik pada ibu atau seorang perempuan yang mengindikasikan bahwa ia telah hamil, tanda tidak pasti adalah sebagai berikut:
Amenorhea (terlambat datang bulan)
Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak dilepaskan sehingga amenorhea atau tidak datangnya haid dianggap sebagai tanda kehamilan, namun hal ini tidak dapat sebagai tanda pasti kehamilan karena amenorhea dapat juga terjadi pada beberapa penyakit kronik.   
Mual dan Muntah
Mual dan muntah merupakan gejala umum mulai dari rasa tidak enak sampai muntah yang berkepanjangan dalam kedokteran sering disebut morning sickness karena munculnya sering kali pagi hari, mual dan muntah diperberat oleh makanan yang baunya menusuk dan juga oleh emosi penderita yang tidak stabil. untuk  mengatasinya penderita perlu diberi makanan–makanan ringan, mudah dicerna dan jangan lupa menerangkan bahwa keadaan ini masih dalam batas normal orang hamil.

Mastodinia (payudara tegang)
Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan payudara membesar. faskularisasi bertambah asinus dan duktus berpoliferasi karena pengaruh estrogen dan progesteron.
Quickening
Quickening adalah persepsi gerakan janin pertama biasanya disadari oleh wanita pada keehamilan 18-20 minggu.
Gangguan kencing
Frekunsi kencing bertambah dan sering kencing malam, disebabkan karena desakan uterus yang membesar dan tarikan oleh uterus ke cranial. hal ini terjadi pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. pada akhir triwulan III, gejala biasa timbul karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kembali kandung kencing.
Konstipasi
Konstipasi ini terjadi karena efek relaksasi progesterone atau dapat juga karena perubahan pola makan.
Perubahan berat badan (Weight gain)
Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan karena nafsu makan menurun dan muntah. pada bulan selanjutnya berat badan akan selalu meningkat sampai stabil menjelang aterm.
Perubahan payudara
Pembesaran payudara sering dikaitkan dengan terjadinya kehamilan, tetapi hal ini bukan merupakan petunjuk pasti karena kondisi serupa dapat terjadi pada pengguna kontrasepsi hormonal, penderita tumor otak atau ovarium, pengguna rutin obat penenang.
Mengidam (ingin makanan khusus)
Mengidam sering terjadi pada bulan–bulan pertama. ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu, terutama pada trimester pertama. akan tetapi akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
Lelah (fatigue)
Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya basal metabolic rate (BMR) dalam trimester pertama kehamilan. dengan meningkatnya aktifitas metabolik produk kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan, maka rasa lelah yang terjadi selama trimester pertama akan
berangsur-angsur menghilang dan kondisi ibu hamil akan menjadi lebih segar.   


Epulis
Epulis ialah suatu hipertrofi papilla ginggivae, hal ini sering terjadi pada triwulan pertama.
Tanda kemungkinan kehamilan (dugaan hamil)
Perubahan pada uterus
Uterus mengalami perubahan, perubahan pada ukuran, bentuk dan konsistensi. uterus berubah menjadi lunak bentuknya globular. teraba balotemen, tanda ini muncul pada minggu ke 16-20, setelah rongga rahim mengalami obliterasi dan cairan amnion cukup banyak. balotemen adalah tanda ada benda terapung atau melayang dalam cairan.
Tanda piskacek’s
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tertentu.
Suhu basal
Suhu basal yang sesudah ovulasi tetap tinggi terus antara 37,2O-37,8O adalah salah satu tanda akan adanya kehamilan. gejala ini sering dipakai dalam pemeriksaan kemandulan.



Perubahan–perubahan pada serviks
Tanda hegar
Tanda ini berupa pelunakan pada daerah itsmus uteri, sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan uterus mudah didefleksikan dapat diketahui melalui pemeriksaan bimanual. tanda ini mulai terlihat pada minggu ke enam dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8.
Tanda goodell’s
Diketahui melalui pemeriksaan bimanual. serviks terasa lebih lunak. penggunaan kontrasepsi oral juga dapat memberikan dampak ini.
 Tanda Chadwick
Adanya hipervaskularasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (lividea). tanda ini disebut tanda chadwick. warna portio pun tampak lividae. Pembuluh-pembuluh darah alat genitalia interna akan membesar. hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan nutrisi pada alat  genitalia tersebut meningkat. apabila terdapat kecelakaan pada kehamilan atau persalinan, maka perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat mengakibatkan kematian.
Tanda Mc Donald
Fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah difleksikan satu sama lain dan tergantung pada lunak atau tidaknya jaringan isthmus.
Pembesaran abdomen
Pembesaran perut menjadi nyata setelah minggu ke 16, karena pada saat ini uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi organ rongga perut.
Kontraksi uterus
Tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh perutnya kencang, tetapi tidak disertai rasa sakit.
Pemeriksaan test biologis kehamilan
Pada pemeriksaan ini hasil positif, dimana kemungkinan positif palsu.
Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti hamil adalah data atau kondisi yang mengidentifikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa  (misalnya denyut jantung janin, gambaran sonogram janin, dan gerak janin)
Indikator pasti hamil adalah penemuan-penemuan keberadaan janin secara jelas dan hal ini tidak dapat di jelaskan dengan kondisi kesehatan yang lain.
Denyut jantung janin (DJJ)
Dapat di dengar dengan stetoskop laenec pada minggu
17-18 pada orang gemuk, lebih lambat. dengan stetoskop ultrasonic (doppler), DJJ dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12. melakukan auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain, seperti bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu.
Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu, tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-20 minggu karena diusia kehamilan tersebut, ibu hamil dapat merasakan gerakan halus hingga tendangan kaki bayi di usia kehamilan 16-18 minggu.
Tanda Braxton –Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi, tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil. pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, maka tanda ini tidak ditemukan. (Suryati Romauli, 2011: 91-97)
Perubahan-perubahan yang terjadi pada kehamilan
Perubahan fisiologis pada ibu hamil
Perubahan sistem reproduksi

 Uterus
Rahim atau uterus yang semula besarya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami  hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.
Perubahan pada isthmus uteri (rahim) menyebabkan isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh. hubungan antara besarnya rahim dan usia kehamilan penting untuk diketahui karena kemungkinan penyimpangan kehamilan seperti hamil kembar, hamil molahidatidosa, hamil dengan hidramnion yang akan teraba lebih besar.
Sebagai gambaran hubungan antara besarnya rahim dan usia kehamilan dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pada usia kehamilan 16 minggu, tinggi rahim adalah setengah dari jarak simfisis dan pusat.
Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus rahim terletak dua jari di bawah pusat.
Pada usia kehamilan 24 minggu, tinggi fundus uteri tepat ditepi atas pusat.
Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri  sekitar 3 jari diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan prosessus xhypoideus.
Pada usia kehamilan 32 minggu, tinggi fundus uteri adalah setengah jarak prosesus xhipoideus dan pusat.
Pada usia kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu jari dibawah proses xhipoideus, dan kepala bayi belum masuk pintu atas panggul.
Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun setinggi tiga jari di bawah proxesus xipoideus karena kepala masuk pintu atas panggul.
(Ida Ayu Candranita, 2013: 85-88)
Serviks
    Pada trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi kurang kuat terbungkus. hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen secara keseluruhan. dengan sel-sel otot polos dan jaringan elastis, serabut kolagen bersatu dengan arah pararel terhadap sesamanya sehingga serviks menjadi lunak pada dinding kondisi tidak hamil, tetapi tetap mampu mempertahankan kehamilannya. penurunan konsentrasi kolagen lebih lanjut ini secara klinis terbukti dengan melunaknya serviks.
        Pada trimester kedua konsistensi serviks menjadi lunak dan kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak.
    Pada trimester ketiga pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen. konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi) proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus kehamilan yang berikutnya akan berulang.
(Suryati Romauli, 2011: 74-75)
Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan hormon korionik gonadotropin yang mirip dengan hormone luteotropik hipofisis anterior. (Ida Ayu Candrawinata, 2013: 92)
 Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot diperineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda chadwick. perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos. (Abdul Bari Saifuddin, 2010: 178)
Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone dan somatomamotrofin.
Fungsi hormone (estrogen, progesterone, dan somatomamotrofin adalah mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI (Air Susu Ibu).
Perubahan metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, di mana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk  pertumbuhan  janin dan persiapan memberikan ASI. (Ida Ayu Candranita, 2013: 92-94)
Traktus digestivus
Oleh karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat dan dapat menyebabkan:
Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi)
Daerah lambung terasa panas
Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pada pagi hari, yang disebut dengan morning sicknes.
Muntah, yang terjadi (emesis gravidaum).
Muntah berlebihan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari (hiperemesis gravidarum).
Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebakan obstipasi.
Sistem respirasi
Pada kehamilan, terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. disamping itu, terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada  usia kehamilan 32 minggu. sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan  O2  yang meningkat, ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20-25% daripada biasanya.
Traktus urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya  kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih. desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan urine akan bertambah. filtrasi pada glomerulus bertambah sekitar 69-70%. pada kehamilan, ureter membesar untuk dapat menampung banyaknya pembentukan urine, terutama pada ureter kanan karena peristaltik ureter terhambat karena pengaruh progesterone, tekanan rahim yang membesar dan terjadi perputaran ke kanan. tekanan rahim pada ureter kanan dapat menyebabkan infeksi pielonefritis ginjal kanan. (Ida Ayu Candranita, 2013: 94)
Perubahan psikologi pada ibu hamil
Trimester pertama (1-3 bulan)
        Trimester pertama sering  dikatakan sebagai masa penentuan. penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil pada saat inilah tugas psikologis pertama sebagai calon ibu untuk menerima kenyataan akan kehamilannya. selain itu akibat dari dampak terjadinya peningkatan hormone estrogen dan progesterone pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan pada fisik  sehingga banyak ibu  hamil yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan.
Trimester kedua (4-6 bulan)
        Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan, saat ibu merasa sehat. ini disebabkan selama trimester ini umumnya wanita sudah merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. tubuh ibu sudah terbiasa denga kadar hormone yang lebih  tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang.
Trimester ketiga (7-9 bulan)
Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian. pada periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya. trimester tiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi (Yuni kusmiati, dkk, 2009: 69-73)
Konsep dasar Hiperemesis gravidarum
Pengertian
Adapun beberapa pengertian tentang hiperemesis gravidarum yang diperoleh dari berbagai sumber adalah sebagai berikut:
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama.
(Johanes C.Mose, 2011: 64)
Etiologi
Penyebab utamanya belum diketahui secara pasti. dahulu penyakit ini  dikelompokkan kedalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga ada semacam ‘racun’ yang berasal dari janin/kehamilannya. Bersama-sama dengan preeklamsi-eklamsi, penyakit ini dahulu dikelompokkan  kedalam penyakit  gestosis. Nama  gestosis dini  diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi dalam kehamilan (termasuk preeklamsi dan eklamsi).
Akhir-akhir ini, diperkirakan bahwa sindrom ini terjadi akibat tingginya atau peninggian yang cepat dari kadar serum korionik gonadotropin atau hormone estrogen dalam darah ibu hamil tersebut. agaknya faktor psikis, kematangan jiwa, dan penerimaan ibu tersebut terhadap kehamilannya sangat berpengaruh pada berat ringannya gejala yang timbul.
Gejala mual-muntah dapat  juga disebabkan oleh gangguan traktus digestivus seperti pada penderita diabetes militus. hal ini disebabkan oleh gangguan motilitas usus pada penderita ini. gangguan keseibangan hormonal, seperti HCG,  tiroksin, kortisol dan hormon seks (estrogen dan progesteron).
(C.mose Johanes, 2011: 65)
Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum  yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan  dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya eksresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah-muntah lebih banyak, dapat merusak hati. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung.
(Eni Nur Rahmawati, 2011: 51)
Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh sebagai berikut:
 Hepar: pada tingkat ringan ditemukan degenerasi lemak
sentrilobuler tanpa nekrosis.
Jantung: jantung atrofi, kecil dari biasa kadangkala dijumpai perdarahan sub-endokardial.
Otak: terdapat bercak perdarahan pada otak.
Ginjal: tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti. (Rustam Mochtar, 2012: 142)
Gejala klinik
Batas jelas antara mual yang masih fiisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum dapat dibagi menjadi tiga tingkat berikut ini:
Tingkatan pertama
Muntah terus menerus sehingga menimbulkan, dehidrasi, turgor kulit turun, nafsu makan berkurang, berat badan turun, mata cekung dan lidah kering.
Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus.
Nadi meningkat dan tekanan darah turun.
Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit.
Tampak lemah dan lemas.
Tingkatan kedua
Dehidrasi semakin meningkat akibatnya, turgor kulit makin menurun, lidah kering dan kotor, mata tampak cekung dan sedikit ikterus.
Kardiovaskuler, frekuensi nadi semakin cepat <100 badan="" br="" darah="" kali="" karena="" kecil="" meningkat="" menit="" nadi="" suhu="" tekanan="" turun.="" turun="" volume="">Liver
Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus.
Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan: oliguria, anuria, terdapat  timbunan benda keton aseton, aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan.
Kadang-kadang muntah bercampur darah   akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung.
Tingkatan ketiga
Keadaan umum lebih parah
Muntah berhenti
Kesadaran makin menurun hingga mencapai somnolen atau koma, terdapat ensefalopati werniche (komplikasi susunan saraf pusat): nistagmus (perubahan arah bola mata), Diplopia (gambar tampak ganda), dan gangguan mental. (Eni Nur Rahmawati, 2011: 52)
Diagnosis
Diagnosis gravidarum biasanya tidak sukar. harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli, dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan. (Eni Nur Rahmawati, 2011: 53)
Penatalaksanaan
Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan cara: memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering, menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat, makanan yang berbau lemak dan berminyak sebaiknya dihindarkan, makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin, defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
(Eni Nur Rahmawati, 2011: 53-54)
Obat-obatan
Memberikan obat untuk hiperemesis gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan kongenital cacat bawaan bayi), komponen (susunan obat) yang dapat diberikan adalah sedatif  ringan (fenobarbital, valium), Anti alergi (anti histamin Dramamin, Avomin), Obat anti
mual-muntah (Mediamer B6,Emetrole), Vitamin (terutama vitamin B kompleks, Vitamin C).
(Ida Ayu Candranita, 2013: 232)

Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. tidak diberikan makanan dan minuman selama 24 jam, kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.
Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2-3 liter/hari, dapat ditambah kalium dan vitamin (vitamin B kompleks, vitamin C, bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair, dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik
Menghentikan kehamilan
Bila pengobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus terapeutik.
(Eni Nur Rahmawati, 2011: 54-55)
Diet
Ada tiga diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu:
Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang akan zat-zat gizi kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Pemberian minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis  I, II dan III adalah roti panggang, biskuit, crakers, buah segar dan sari buah, minuman botol ringan, sirup, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer. Sedangkan makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung zat tambahan (pengawet, pewarna dan penyedap rasa) juga tidak dianjurkan. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010: 124-125) 
Risiko
Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6, mistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani akan terjadi psikosis korsakof (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas). ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.
Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim. (Abdul Bari Sarifuddin, 2010: 816-817)
BAB III
KERANGKA KONSEP
Dasar pemikiran variabel yang diteliti
Gravida atau Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). (Hj.Saminem, 2009: 1).
Tanda-tanda presumtif adalah perubahan fisiologik pada ibu atau seorang perempuan yang mengindikasikan bahwa ia telah hamil, tanda tidak pasti dan salah satunya adalah mual muntah. Mual dan muntah merupakan gejala umum mulai dari rasa tidak enak sampai muntah yang berkepanjangan dalam kedokteran sering disebut morning sickness karena munculnya sering kali pagi hari, mual dan muntah diperberat oleh makanan yang baunya menusuk dan juga oleh emosi penderita yang tidak stabil.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari, karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 2013: 141). Sedangkan hiperemesis gravidarum itu sendiri dibagi menjadi 3 tingkatan: ringan, sedang dan berat.



Kerangka Konsep
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Karena Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari, karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Berdasarkan uraian teori dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka kerangka konsep penelitian yang penulis rancang adalah seperti diagram berikut ini:

Hiperemesis gravidarum
   



Keterangan:

    :variabel dependen


                 : variabel independen






Defenisi Operasional
Variabel terikat (Gravida)
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya akan  mengalami kehamilan.
Primigravida adalah wanita yang hamil pertama kali sedangkan multigravida adalah ibu hamil yang sebelumnya sudah pernah hamil lebih dari satu kali. (Kusmiyati, 2009:123)
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Jumlah kehamilan 2-3 (multi) merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal (Winkjosastro, 2008).
Penyebab hyperemesis belum diketahui secara pasti. Telah diketahui beberapa faktor prodisposisi terjadinya Hyperemesis Gravidarum yaitu wanita hamil dengan anemia, primigravida, kehamilan ganda dan molahidatidosa (Setiawan, 2008).
kriteria objektif:
           1. primigravida
          2. multigravida


Variabel bebas (Hiperemesis)
Hyperemesis gravidarum tingkat I
Termasuk tingkat ringan
Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turun  dan nyeri pada epigastrium, denyut nadi meningkat, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering, serta mata cekung.
Hyperemesis gravidarum tingkat II
Termasuk tingkat sedang
Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, apatis, turgor kulit mulai buruk, lidah kering dan kotor, nadi teraba lemah, dan cepat, suhu badan naik ( dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tekanan darah turun, hemokonsentrasi oligouri, dan konstipasi, dapat juga terjadi aseton uria, serta napas bau aseton.
Hyperemesis gravidarum tingkat III
Termasuk tingkat berat
 Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun, samnolen sampai koma, nadi teraba lemah dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tekanan darah turun, serta terjadi ikterus. Jika sampai timbul komplikasi dapat berakibat fatal, berupa : memengaruhi susunan saraf pusat, ensefalopati wernicke dengan adanya nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. (Hidayati Ratna, 2009, 67-68)
Pada tingkat I termasuk tingkat ringan atau resiko rendah, sedangkan tingkat II termasuk resiko tinggi karena apabila tidak teratasi akan berkelanjutan pada tingkat III, yang akan mengancam jiwa ibu dan janin.
Kode = 1. Resiko tinggi (tingkat II-III)
         2. Resiko rendah (tingkat I)
Hipotesis Penelitian
Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan antara gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum.
Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada hubungan antara gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum.

                                                                  BAB III
                                                   METODE PENELITIAN

Desain Penelitian
Desain atau rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk mengatur latar penelitian agar dapat memperoleh data yang tepat sesuai dengan karateristik variabel dan tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Desain penelitian yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian jenis penelitian kulitatif yang diharapkan yaitu menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian (survey) analitik untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gravida dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Haji Makassar


Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari s/d september 2015 di RSUD Haji Makassar.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami hiperemesis yang dirawat di RSUD Haji Makassar periode januari s/d september 2015 sejumlah 41 orang ibu.

Sampel
Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek atau populasi (Notoatmodjo, 2012). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total populasi yaitu 41 ibu hamil yang mengalami hiperemesis  dirawat di RSUD Haji Makassar periode januari s/d september 2015.

Metode pengumpulan data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari medical record di Rumah sakit umum daerah Haji Makassar tanggal 23 oktober 2015. Jenis penelitian menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional study yaitu suatu penelitian (survey) analitik untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). (Notoatmodjo, 2012).

Pengolahan Data,
Pengolahan data diperoleh selanjutnya diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel. Sebelum data dianalisa terlebih dahulu dilakukan :
Editing,
Editing yang dilakukan guna meneliti kembali setiap daftar pertanyaan yang telah diisi dari hasil wawancara dengan responden. Dalam hal ini editing meliputi kelengkapan dan kesalahan dalam pengisian pertanyaan yang telah diberikan pada responden.
Koding,
Koding yang dilakukan dengan cara meneliti kembali setiap data yang ada kemudian memberi kode pada jawaban yang telah tersedia di lembar pertanyaan sesuai dengan jawaban responden.
Skoring ,
Dilakukan dengan memberikan nilai sesuai dengan skor yang telah ditentukan.
Tabulasi,
Tabulasi data merupakan lanjutan dari pengkodean pada proses pengolahan data dalam bentuk distribusi frekuensi.

Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh nilai dari masing-masing tabel, selanjutnya data dianalisa dengan menggunakan komputer program spss versi 16.
Analisa Deskriptif (Univariat)
Analisa ini dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian dengan membuat table distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variable, menggunakan rumus :



P    : Persentase
F    : Frekuensi
n    : Total
Analisa Hubungan (Bivariat)
Analisa bivariat dilakukan terhadap tiap variabel independen dan dependen, dengan uji statistic chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Setalah uji hipotesa dilakukan, dengan taraf kesalahan 5% dan derajat kebebasan df=1, maka penilaian hipotesis : Ha diterima jika p < α = 0,05
Uji statistik yang digunakan adalah chi square dengan rumus :



Keterangan    :
        X ²    : Chi Kuadrat ( hubungan variabel dependen dan variabel independen)
        fo       : Fekuensi yang diobservasi  (nilai observasi )
      fh       : Frekuensi yang diharapkan dihitung (nilai sampel)
      ∑       : Jumlah
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi kolerasional yaitu penelitian yang melihat hubungan antara dua variabel atau lebih dengan mengkaji apakah ada hubungan yang terjadi antara hubungan gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015.


                                                                         BAB V
                                            HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Haji Makassar mengenai hubungan gravida dengan hiperemesis gravidarum diperoleh data sebagai berikut :
Hasil Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel yang diteliti yaitu kejadian hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar periode Agustus s/d September 2015
Frekuensi gravida
    Tabel 4.1   
Distribusi Frekuensi Gravida di RSUD Haji Makassar periode Agustus s/d September 2015
   

No    Gravida     Jumlah    %      
1.
2.    Primigravida
Multigravida     29
12    56,1
43,9      
Jumlah     41    100,0   

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa distribusi frekuensi hiperemesis dengan kategori primigravida sejumlah 28 orang (56,1%) dan kategori multigravida sejumlah 12 orang (43,9%)

Frekuensi hiperemesis
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hiperemesis Gravidarum di di RSUD Haji Makassar periode Agustus s/d September 2015


No    Hiperemesis Gravidarum    Jumlah    %      
1.
2.    Resiko tinggi (tingkat II-III)
Resiko rendah (tingkat I)    12
29    29,3
70,7      
Jumlah    41    100,0   

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa distribusi frekuensi hiperemesis dengan kategori resiko tinggi (tingkat II-III) sejumlah 12 orang (29,3%) dan kategori resiko rendah (tingkat I) sejumlah 29 orang  (70,7%)

Hasil Analisa Bivariat
          Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu hiperemesis  dan variabel dependen yaitu gravida. Dengan menggunakan uji statistic Chi- Kuadrat dengan derajat kesalahan (α) sebesar 0,05.

Table 4.3
Hubungan Gravida dengan Hiperemesis Gravidarum di RSUD Haji Makassar periode Agustus s/d September 2015


Gravida    Hiperemesis gravidarum    Jumlah      
     Tingkat 2 dan 3 Resiko tinggi    resiko rendah tingkat 1           
Primigravida
    3
7%    20
49%    23
56%      
Multigravida
    9
22%    9
22%    18
44%      
Jumlah
%    12
29%    29
71%        41
100%   
                                    P=0,010
Berdasarkan data pada tabel di atas maka diketahui bahwa hasil analisis hubungan antara gravida dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015 terhadap 41 hiperemesis diperoleh hasil bahwa dari 23 orang dengan kategori primigravida terdapat 3 orang (7%) yang mengalami resiko tinggi, sedangkan dari 18 orang (44%) dengan kategori multigravida terdapat 9 orang (22%) yang mengalami resiko tinggi.
Hasil pengujian statistik diperoleh p value = 0,010 ( < α 0,05) yang berarti ada hubungan signifikan antara gravida dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015.


Pembahasan
Gravida
          Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Haji Makassar diperoleh data bahwa distribusi frekuensi hiperemesis dengan kategori primigravida sejumlah 28 orang (56,1%) dan kategori multigravida sejumlah 12 orang (43,9%). Graviditas adalah seorang wanita hamil, istilah gravida menunjukkan adanya kehamilan tanpa mengingat umur kehamilannya. Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang telah dialami, tanpa mengingat umur kehamilannya. Seorang primigravida adalah seorang wanita hamil untuk pertama kalinya. Seorang multigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk kedua kalinya (Oxorn, 2010)

Hiperemesis Gravidarum
          Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Haji Makassar diperoleh data bahwa distribusi frekuensi hiperemesis dengan kategori resiko tinggi (tingkat II-III) sejumlah 12 orang (29,3%) dan kategori resiko rendah (tingkat I) sejumlah 29 orang  (70,7%).
          Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang tidak dapat dihentikan selama kehamilan biasanya mencapai puncaknya antara minggu kedelapan dan keduabelas dan hilang pada minggu ke dua belas (Meilia, 2010). Hiperemesis gravidarum adalah mual-muntah berlebihan selama masa hamil muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umumnya dialami wanita hamil karena intensitasnya yang melebihi muntah normal dan berlansung selama trimester pertama kehamilan (Varney, 2007).

Hubungan Gravida dengan Hiperemesis Gravidarum
            Berdasarkan hasil analisis hubungan antara gravida dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar terhadap 41 orang hiperemesis diperoleh hasil bahwa dari 23 ibu hiperemesis pada primigravida diperoleh 3 orang (7%) yang mengalami resiko tinggi (tingkat II-III) dan 20 orang (49%) yang resiko rendah (tingkat I). Sedangkan dari 18 ibu hiperemesis pada multigravida diperoleh 9 orang (22%) yang mengalami resiko tinggi (tingkat II-III) dan 9 orang (22%) yang mengalami resiko rendah (tingkat I). 
Dari tabel diatas, ρ-value menunjukkan 0.010 < α (0.05). H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan antara gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar periode Januari s/d September 2015.  
             Penyebab dari hiperemesis gravidarum menurut Mohtar (2012) ada faktor-faktor predisposisi, estrogen dan HCG meningkat, primigravida, faktor organik, faktor psikologik dan faktor indokrin. Muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim IUDR (Prawirohardjo, 2007). Akibat yang terjadi karena hipermisis gravidarum adalah penurunan berat badan (Varney,  2007). Adanya penurunan berat badan pada ibu hamil akan terjadi kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil.
           Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nining (2009), kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan pertama. Hiperemesis gravidarum terjadi 60-80% pada primigravida dan 40-60% pada multigravida (Arief, 2009). Lebih lanjut (Saifuddin, 2002) menjelaskan ibu hamil yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.
           Menurut pendapat peneliti berdasarkan hasil penelitian, pada penderita hiperemesis gravidarum, suplai nutrisi mungkin terganggu dengan akibat yang serius dan mungkin diperlukan suplementasi vitamin. Secara khusus, suplementasi tiamin harus diberikan kepada mereka yang mengalami muntah berkepanjangan untuk menghindari ensefalopati Wernicke. Diperlukan konsultasi ahli gizi. Jika wanita merasa tidak sehat, ia cenderung tidak terlalu banyak bergerak sehingga harus dipertimbangkan pemberian tromboprofilaksasi. Pemantauan janin biasa dilakukan khususnya dengan pemantauan pertumbuhan. Pemberian obat-obatan yaitu dengan obat sedatif, antihistamin, serta vitamin B1 dan B6 sampai antiemetik. Penderita diisolasi sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Berikan terapi psikologi, hilangkan rasa takut karena kehamilan, kurangi pekerjaan, serta hilangkan masalah dan konflik. Berikan cairan cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu, dapat ditambah kalium dan vitamin.

                                                             BAB VI
                                           KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

        Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Haji Makassar dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
Distribusi frekuensi gravida dengan kategori primigravida sejumlah 28 orang (56,1%) dan kategori multigravida sejumlah 12 orang (43,9%).
Distribusi frekuensi hiperemesis dengan kategori resiko tinggi (tingkat II-III) sejumlah 12 orang (29,3%) dan kategori resiko rendah (tingkat I) sejumlah 29 orang (70,7%).
Ada hubungan antara gravida dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar dengan p value = 0,010 ( < α 0,05)

Saran

      Meningkatkan pelayanan antenatal yang berkualitas agar dapat mengantisipasi/mendeteksi secara dini komplikasi-komplikasi yang sering tejadi pada kehamilan.
Memberikan penyuluhan kepada semua ibu hamil tentang fisiologi kehamilan.
   

Saturday 6 February 2016

CONTOH KTI D3 KEBIDANAN

         Bagi Teman2 anak kebidanan silahkan dicopy,semoga postingan ini bisa jadi referensi dan dapat bermanfaat dan membantu dalam penulisan KTI
                                                       
                                                       BAB I
                                                    PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
       Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tujuan tersebut adalah melalui Indonesia sehat dengan fokus membentuk manusia berkualitas Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama (terukur dengan umur harapan hidup), menikmati hidup sehat (terukur dengan angka kesakitan dan kurang gizi), Serta mempunyai kesempatan meningkatkan ilmu pengetahuan.
       Kesehatan memegang peran sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, yaitu agar bayi yang dilahirkan mempunyai potensi tinggi untuk mencapai tingkat produktivitas yang maksimal. Hal ini berarti bahwa sejak dalam kandungan keadaan kesehatan dan gizi janin harus lebih baik (Depkes, 2011).
        Moehji (2010), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara makanan dan asupan gizi seorang wanita selama hamil dengan keadaan gizi bayi setelah lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Ibu yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) selama hamil akan menimbulkan masalah baik ibu maupun janin. Masalah yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan risiko dan komplikasi.
Gizi seorang ibu selama hamil mempunyai pengaruh yang sangat penting baik terhadap kesehatan maupun kemampuan memproduksi ASI dan menyusui bayi, kebutuhan gizi akan meningkat selama masa hamil untuk kebutuhan ibu dan janin (Denok, 2010). Masalah gizi yang dialami ibu hamil saat ini adalah gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia gizi (Depkes, 2011).
        Angka kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia masih tergolong tinggi. Setiap tahun, 307 orang per 100.000 kelahiran atau 15.700 ibu melahirkan meninggal. Kasus kematian ibu hamil dan melahirkan banyak terjadi di daerah yang kekurangan tenaga bidan dan akses informasi  mengenai kesehatan dan reproduksi sehat kurang memadai (Junaedi, 2008).
Kondisi bayi dalam kandungan seorang ibu sangat di pengaruhi keadaan gizi ibu sebelum dan selama mengandung. Wanita hamil berisiko mengalami KEK jika memiliki LILA < 23.5 cm. ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Proporsi ibu hamil umur 15-49 tahun dengan LILA<23 2013="" 24="" atau="" bali="" berisiko="" br="" cm="" dan="" di="" diindonesia="" iskesdas="" kek="" nusa="" proporsi="" sebesar="" sedangkan="" selatan="" sendiri="" sulawesi="" tenggara="" terendah="" tertinggi="" timur="">         Di Kota Makassar masih banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, Jumlah bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2013 sebanyak 611 dari 24.576 bayi lahir hidup atau sekitar 2,48% meningkat dari tahun 2012 sebanyak 473 dari 24.034 bayi lahir hidup atau sekitar 1,96%, meningkat dibandingkan tahun 2011 sebanyak 186 dari 26.129 bayi lahir hidup atau sekitar 0,71 % (Dinkes Makassar, 2013)
         Ibu-ibu hamil pada umumnya belum terlalu memahami tentang pemenuhan gizi yang tepat selama kehamilan mereka seperti hanya mengetahui 4 sehat 5 sempurna saja makanan yang diperlukan dalam kehamilan. Oleh sebab itu berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan gizi selama kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar pada tahun 2015”.
 
B.    Rumusan Masalah
        Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dirumuskan masalah:
   1.    Bagaimanakah tingkat pendidikan ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar     pada tahun 2015?
   2.    Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan asupan gizi selama kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar pada tahun 2015?
C.    Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
        Mengidentifikasi hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan asupan gizi selama kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar pada tahun 2015
2.    Tujuan Khusus
       a.    Untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar pada tahun 2015
       b.    Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan asupan gizi selama kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar pada tahun 2015
D.    Manfaat Penelitian
    1.    Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar pengembangan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan tingkat pendidikan ibu hamil dengan asupan gizi selama kehamilan.
    2.    Manfaat Praktis
     a.    Bagi instansi pendidikan
Dapat menambah bahan acuan dan wawasan serta diharapkan menjadi masukan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan tentang tingkat pendidikan ibu dengan asupan gizi selama kehamilan.
     b.    Bagi instansi terkait/Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk masukan bagi Rumah sakit dalam memberikan informasi kepada pasien, melakukan tindakan pencegahan dan penanganan gizi pada Ibu Hamil.
    c.    Bagi penelitian selanjutnya
Menambah pengalaman, informasi, pengetahuan dan wawasan yang luas bagi penelitian selanjutnya mengenai kejadian kekurangan gizi pada ibu hamil, serta menambah kemampuan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas
   d.    Bagi responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan, agar responden mengetahui bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi kekurangan Gizi.



                                                                             BAB II
                                                               TINJAUAN PUSTAKA
A.    Kajian Teori
1.    Pendidikan
a.    Pengertian Pendidikan
       Pendidikan secara sederhana dapat dipahami sebagai proses belajar yang dialami seseorang untuk mengetahui, memahami, dan mampu mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali proses pendidikan ini hanya dimaknai sebagai aktivitas yang dilakukan anak didik dalam lingkungan sekolah. Padahal pendidikan dapat terjadi di lingkungan mana saja; kapanpun, dimanapun seseorang itu berada, baik di lingkungan keluarga, masyarakat serta lingkungan sosial lain dan tidak hanya terbatas pada lembaga formal pendidikan. Sejak lahir anak sebenarnya sudah melakukan pendidikan dengan bimbingan orang tua (keluarga) sebagai lingkungan yang paling dekat. Kemudian anak itu tumbuh dan berkembang menjadi seorang remaja. Seiring pertumbuhan itu seorang remaja semakin mengenal lingkungan sosial yang lebih kompleks sehingga banyak pula pengalaman yang dipelajarinya. Proses belajar itu akan berlangsung terus menerus sampai akhir hayat manusia.
Pendidikan menjadi aspek yang mendasar dalam menciptakan peradaban kebudayaan manusia. Penekanan terhadap kemampuan kebudayaan untuk berubah dapat membimbing kearah keparcayaan bahwa pendidikan itu sendiri dapat menggerakkan perubahan-perubahan dalam kebudayaan dan bahkan barangkali dapat mengatur jalannya sebuah kebudayaan.
      Seorang ilmuan, ulama dan sejarahwan Ibnu khuldun juga berpendapat serupa tentang pentingnya pendidikan dalam mempengaruhi jalannya kebudayaan. Beliau menyatakan bahwa pendidikan berusaha untuk melahirkan masyarakat yang berkebudayaan serta berusaha untuk melestarikan eksistensi masyarakat selanjutnya, maka pendidikan akan mengarahkan pada pengembangan masyarakat yang berkualitas. Manusia atau masyarakat akan belajar terus menerus dalam memenuhi kebutuhan, mengatasi masalah.
       Usaha-usaha yang dilakukan itu secara dinamis dapat membuahkan sebuah peradaban kebudayaan yang besar. Tanpa pendidikan (belajar) manusia tidak akan mampu berkembang membangun peradaban sedemikian rupa seperti yang dapat kita lihat sekarang ini. Setiap bangsa mampu menghasilkan kebudayaan dalam usaha pemenuhan kebutuhannya. Namun tidak semua kebudayaan itu dapat disebut sebagai peradaban. Kebudayaan yang bernilai agung saja yang dapat dikatakan peradaban. Perbedaan kebudayan itu sangat dipengaruhi oleh taraf pendidikan masing-masing bangsa itu. Kualitas pendidikan yang berbeda akan menghasilkan kebudayaan yang berbeda pula. Hal ini tergantung pada pola kebudayaan yang berlangsung dalam masyarakat suatu bangsa itu sendiri.
        Untuk memahami arti pendidikan, berikut dikemukakan pengertian pendidikan yang dikutip dari beberapa tokoh. Secara etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogike, jamak dari kata pais yang berarti anak dan kata ago yang berarti aku membimbing. Jadi paedagogike berarti aku membimbing anak (Sudomo Hadi, 2008).
         Tindakan membimbing tersebut di atas dapat dipahami sebagai pengertian pendidikan dalam konteks kehidupan masyarakat yang masih sederhana atau primitif. Bimbingan yang diberikan lebih menekankan pada lifeskill, bagaimana anak-anak mereka setelah dewasa nanti mampu mempertahankan hidup dengan berburu dan meramu yang baik, cara berlindung dari binatang buas, berperang dan mampu mempertahankan eksistensi kelompok di tengah persaingan dengan kelompok lain..
         Definisi pendidikan yang memiliki subtansi lebih luas dikemukakan oleh Redja Mudyaharjo (2008), menurutnya “Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup”. Proses pendidikan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja tidak terbatas pada lingkungan sekolah. Pendidikan akan terus berlangsung meskipun seorang anak didik telah selesai menempuh pendidikan formal sampai jenjang yang tertinggi. Hakekatnya manusia akan terus menerus belajar dalam menempuh kehidupan ini sampai akhir hayatnya.

b.    Pengukuran tingkat Pendidikan
Berdasarkan UU No. 2003 pasal 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa “Jenjang pendidikan formal terdiri atas Pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.
1)    Pendidikan dasar
      Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar meliputi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
2)    Pendidikan menengah
       Pendidikan menengah ialah pendidikan yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja. Meliputi Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau sekolah yang lain yang sedrajat.
3)    Pendidikan tinggi
       Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan dokter yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan profesional yang menerapkan, mengembangkan, menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
Pengukuran pendidikan di sini dimaksudkan untuk mengidentifikasi sejauh mana tingkatan pendidikan formal telah ditempuh oleh ibu hamil seperti yang telah dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Pengukuran tingkat pendidikan
Pendidikan    Tingkat pendidikan
1.    Pendidikan Dasar    - Sekolah Dasar/sederajat
- Sekolah Menengah Pertama/sederajat
2.    Pendidikan Menengah    -Sekolah menengah Atas/sederajad,
-Sekolah Menengah Kejuruan
3.    Pendidikan Tinggi    -Program Pendidikan diploma
-Program Pendidikan Sarjana
-Program Pendidikan Magister


2.    Asupan Gizi
a.    Pengertian Asupan Gizi
       Menurut Murti (2009) mengatakan bahwa asupan gizi adalah tanda-tanda penampilan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara gizi disatu pihak dan pengeluaran oleh organisme dilain pihak yang terlihat melalui variabel tertentu, variabel itu selanjutnya disebut indikator, misalnya berat badan, tinggi badan dan sebagainya.
       Menurut Pujiati (2013), bahwa asupan gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Moehji (2010), bahwa kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan kesehatan dan gizi ibu hamil sebelum dan selama kehamilan. Masa hamil merupakan masa dimana unsur-unsur gizi diperlukan oleh seorang wanita jauh lebih banyak daripada yang diperlukan dalam keadaan biasa. Selain untuk kebutuhan tubuhnya sendiri, unsur-unsur gizi ini diperlukan oleh janin yang tumbuh dengan pesat.
       Kondisi kesehatan dan gizi ibu hamil yang baik akan melahirkan bayi sehat dengan keadaan gizi yang baik serta memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik, sehingga produktif. Sebaliknya, kondisi kesehatan dan gizi yang buruk selama kehamilan akan menciptakan generasi sumber daya manusia dengan kecerdasan yang relatif rendah yang pada gilirannya tidak akan mampu berproduksi, dan pada akhirnya akan menjadi beban bagi masyarakat dan pemerintah. Sumber daya manusia dengan tingkat kecerdasan yang rendah sebagaimana tersebut diatas, terjadi sebagai akibat asupan gizi ibu yang buruk sebelum dan selama kehamilan (Depkes, 2011).
       Kehamilan adalah suatu keadaan istimewa bagi seorang wanita sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi kehidupannya. Pola makan dan gaya hidup sehat dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu. Pada masa kehamilan  penatalaksanaan gizi pada ibu hamil bertujuan mencapai status gizi ibu yang optimal sehingga ibu menjalani kehamilan dengan aman, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental, serta memonitor kesehatan janin dan ibunya.
         Perencanaan gizi untuk ibu hamil sebaiknya mengacu pada AKI (Angka Kecukupan Gizi), Kebutuhan ibu hamil akan protein meningkat sampai 68%, asam folat 100%, kalsium 50% dan zat besi 200%-300%. Bahan makanan yang dianjurkan harus meliputi 6 kelompok yaitu makanan yang mengandung protein (hewani dan nabati), susu dan olahannya, roti dan biji-bijian, buah dan sayuran yang kaya akan vitamin C, sayuran berwarna hijau tua dan buah (Nanni, 2008).

b.    Kebutuhan Gizi ibu selama Hamil
        Kebutuhan gizi selama ibu hamil meningkat karena selain diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu juga diperlukan untuk janin yang dikandungnya. Pemenuhan gizi selama hamil juga diperlukan untuk persiapan ASI serta tumbuh kembang bayi. Slah satu indicator terpenuhinya kebutuhan gizi selama hami adalah adanya penambahan berat badan ibu.
Menurut Rizkie (2011) zat-zat gizi penting yang dibutuhkan ibu selama hamil sebesar 2000 kalori per hari yang terdiri dari :
1)    Karbohidrat (energi)
        Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi utama dalam susunan menu sebagian masyarakat Indonesia. Pada umumnya, kandungan karbohidrat ini berkisar 60-70% dari total konsumsi energi. Kebutuhan energi bagi ibu hamil adalah 300 sampai 500.
2)    Protein
        Protein merupakan komponen terbesar yang terdapat didalam tubuh setelah air. Protein sebagai zat pembangun atau pembentuk jaringan baru, kekurangan asupan protein dapat menghambat pertumbuhan janin. Penambahan protein 12 gram/hari. Protein ada 2 macam yaitu protein nabati seperti : kacang-kacangan, tahu, tempe dan protein hewani seperti : telur, ikan, daging, susu dan lain-lain.
3)    Lemak
       Lemak merupakan sumber energi terbesar dalam tubuh. Berfungsi sebagai cadangan energi tubuh bagi ibu saat melahirkan, pelarut vitamin A, D, E, K, asam lemak. Asam lemak omega 3 dan  juga diperlukan untuk perkembangan sistem syaraf, fungsi penglihatan dan pertumbuhan otak bayi juga sebagai bantalan bagi organ-organ tertentu seperti biji mata dan ginjal. Sumber lemak daging, susu, telur, mentega, minyak tumbuhan, dan lain-lain.
4)    Vitamin
       Dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis dalam tubuh. Misalnya vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan, vitamin B1 dan B2 sebagai pengahasil energi, vitamin B6 sebagai pengatur pemakaian protein tubuh, vitamin B12 membantu kelancaran pembentukan sel-sel darah merah, vitamin C membantu penyerapan zat besi guna mencegah anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium dan bahan dasar pembentukan tulang dan gigi janin. Sumber vitamin antara lain : sayuran, buah dan susu.
5)    Mineral
a.    Kalsium
       Digunakan untuk menunjang tulang dan gigi serta persendian janin. Jika ibu hamil kekurangan kalsium maka kebutuhan kalsium akan diambilkan dari cadangan kalsium ibu. Ini akan mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis. Untuk itu ibu perlu mengkonsumsi telur, susu, keju, kacang, atau tablet kalsium dari puskesmas atau klinik, anjuran pemberian kalsium 1200 mg/hari bagi ibu hamil yang berusia diatas 25 tahun.
b.    Zat besi
        Erat kaitannya dengan anemia atau kekurangan sel darah merah. Sebagai adaptasi adanya perubahan psikologis selama kehamilan yang disebabkan oleh :
1)    Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.
2)    Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
3)    Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada wanita, sehingga tidak mampu menyuplai kebutuhan zat besi atau mengembalikan persediaan darah yang hilang akibat persalinan sebelumnya.

c.    Dampak negative kekurangan  dan kelebihan gizi bagi ibu Hamil
1.    Dampak Kekurangan Gizi
a)    Ibu hamil lemas tidak berenergi
b)    Pertumbuhan otak janin terganggu. Karena energi yang didapat dari lemak, karbohidrat, dan protein merupakan zat yang berperan dalam proses pembentukan otak.
c)    Kurang Energi dan Protein (KEP) pada ibu hamil akan berdampak pada BB bayi yang dilahirkan, juga pada ukuran otak yang kecil dan jumlah sel otak yang kurang.
Pada ibu hamil dengan BB yang tak kunjung naik atau minim peningkatannya dari ketentuan penambahan BB, biasanya akan disarankan dokter untuk banyak mengkonsumsi makanan dengan  kandungan lemak, karbohidrat, dan protein tinggi. Misalnya, daging, ikan, es krim, avokad, cakes, dan lainnya. Peningkatan BB umumnya sulit terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan karena ibu sering mengalamai mual-muntah dan kehilangan nafsu makan. Bisa juga BB tak meningkat meski ibu hamil sudah banyak makan. Jika ini yang terjadi, harus diamati komposisi makanan yang dikonsumsi, apakah bergizi atau tidak. Di sisi lain, jika kualitas makanan sudah baik namun BB tak kunjung naik, mungkin ada yang tak beres di alat-alat pencernaan, termasuk gigi. Gigi rusak membuat makanan tak dikunyah dengan baik, hingga tak dicerna dan diserap sempurna oleh tubuh
2.    Dampak kelebihan gizi
a.    Ibu hamil menjadi gemuk dan bisa menjadi faktor penyulit saat persalinan maupun kelak setelah melahirkan kala ingin menurunkan BB.
b.    Makan berlebihan selama hamil sering menjadi penyebab munculnya  kencing manis dan preeklampsia, selain mengakibatkan calon ibu  lekas lelah dan sulit menjaga keseimbangan badan.
c.    Meski tak selalu ibu hamil yang overweight mengalami preeklampsia atau diabetes, pertambahan BB yang berlebihan bisa membuat pertumbuhan janin terhambat. Sebab, bila odem/bengkak dan terjadi hipertensi, suplai nutrisi ke janin menjadi berkurang karena terjadi penyempitan pembuluh darah. Bukannya tak mungkin kondisi ini membuat kematian janin selagi dalam rahim.
d.    Pengaturan Makan ibu selama hamil
Ibu hamil perlu pengaturan makan yang baik agar kebutuhan gizinya terpenuhi. Menurut Kasdu yang dikutip Hariyani (2011), tabel berikut ini menjelaskan tentang frekuensi penggunaan bahan makanan serta porsi yang harus dipenuhi oleh ibu hamil dalam sehari.
Tabel 2. Pengaturan Makan Ibu hamil
Jenis makanan                             Frekuensi dan jumlah makanan/hari
Makanan pokok
(beras,kentang,macaroni,mie)    2 piring nasi@200-250 gram
                                                    80 gram roti
                                                    100 gram kentang
Protein hewani
(daging, ikan, telur, ayam)         90 gram daging/ikan
                                                    1 butir telur
Protein nabati
(tahu, tempe, kacang-kacangan)    60 gram kacang-kacangan atau
                                                       100 gram tahu atau
                                                       100 gram tempe
Sayuran    3 mangkuk
Buah-buahan                                 2 porsi @ 100-150 gram
Mentega/margarine/minyak           2 sdm mentega/margarine
                                                      3 sdm minyak
Susu/yogurt                                  1 gelas
Sumber: Hariyani, 2011
e.    Gizi dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan gizi
       Zat-zat gizi adalah senyawa-senyawa kimia yang terkandung
dalam makanan yang pada gilirannya diserap dan digunakan untuk
meningkatkan kesehatan (Path, 2013).
Menurut Paryanto (2010), faktor yang mempengaruhi gizi ibu
hamil, yaitu :
1)    Faktor langsung
        Pada umumnya para ahli berpendapat, bahwa gizi secara langsung ditentukan oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut menurut Budiyanto (2009) antara lain:
a.    Keterbatasan ekonomi
       keterbatasan ekonomi yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizinya juga akan terganggu. Produk pangan (jenis dan jumlah makanan), jumlah macam makanan dan jenis serta banyaknya bahan makanan dalam pola pangan di suatu negara atau daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang.
b.    Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan)
        Dimulai dari penyiapan, penyajian dan penyimpanan makanan atau pangan hendaknya jangan sampai kadar gizi yang terkandung dalam bahan makanan tersebut tercemar atau tidak higienis dan mengandung banyak kuman penyakit.
c.    Pembagian makanan dan pangan
       Pembagian makanan dan pangan di dalam masyarakat indonesia umumnya masih dipengaruhi oleh adat atau tradisi, misalnya mereka masih percaya bahwa ayah adalah orang yang harus diutamakan dalam segala hal.
d.    Akseptabilitas (daya terima)
       Akseptabilitas menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan yang terkait dengan cara memilih dan menyajikan pangan. Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun-temurun untuk mencari, memilih, menangani, dan menyajikan makanan. Adat dan tradisi merupakan dasar perilaku tersebut. Kebiasaan pangan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat-zat gizi yang terkandung didalam pangan.
e.    Prasangka buruk pada bahan makanan tertentu
       Dalam hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan.
f.    Kesukaan terhadap jenis makanan
      Dalam pemenuhan makanan apabila berdasarkan pada makanan kesukaan saja akan berakibat menurunnya pemenuhan gizi, atau sebaliknya akan berlebih.
g.    Pantangan pada makanan tertentu
       Sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan. Tahayul dan larangan yang beragam yang didasarkan kepada kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia, misalnya pada ibu hamil, ada sebagian masyarakat yang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan.
h.    Kebiasaan makan
       Pada umumnya kebiasaan makan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kebiasaan ini berasal dari pola makan yang didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh keluarga.
i.    Selera makan
       Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi untuk energi, pertumbuhan, perkembangan dan kesehatannya. Selera makan dipicu oleh sistem tubuh misal dalam keadaan lapar, dan dipicu oleh pengolahan pangan serta penyajian makanan.
j.    Pengetahuan gizi
      Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan juga dapat mempengaruhi status gizi seseorang.

1)    Faktor Tidak Langsung
a.    Pendidikan Keluarga
       Tingkat pendidikan keluarga bukan satu-satunya faktor yang menentukan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan gizi keluarganya, namun faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang diperolehnya melalui berbagai informasi.
b.    Faktor Budaya
       Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan tertentu yang dipandang dari segi gizi sebenarnya mengandung zat gizi bagi ibu hamil.
c.    Faktor Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status kesehatan dan gizi ibu hamil. Dimana sebagai tempat masyarakat memperoleh informasi tentang gizi dan informasi kesehatan lainnya, bukan hanya dari segi kuratif, tetapi juga preventif dan rehabilitatif.

B.    Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Gizi Ibu Hamil
        Kekurangan energi kronik pada ibu hamil dipengaruhi oleh Pendidikan dan pengetahuan ibu tentang jumlah makanan dan pengetahuan tentang anggota keluarga yang diprioritaskan untuk memperoleh makanan.
Asupan gizi ibu hamil dipengaruhi oleh pendidikan ibu. Kekurangan energi kronik dipengaruhi oleh jumlah konsumsi energy protein yang dikonsumsi oleh ibu hamil, sedangkan konsumsi lemak dalam makanan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan status kekurangan energi kronik pada ibu hamil.
        Upaya yang ditempuh untuk menurunkan prevalensi ibu hamil dengan asupan gizi kurang yaitu dengan cara pemberian suplemen gizi yang terdiri dari protein, mineral utama (essensial) dan kalori. Dalam hal ini harus dihindari pemberian dalam bentuk uang atau bahan makanan, karena kemungkinan tidak akan sampai kepada sasaran ibu hamil yang kita tuju. Yang paling baik untuk direkomendasikan adalah mengadakan penyuluhan tentang gizi ibu hamil serta makan siang bersama di posyandu dengan mengundang ibu hamil beserta anak balitanya. (Khaidar, 2008).


                                                        BAB III
                                            KERANGKA KONSEP
A.    Dasar pemikiran Variabel Yang Diteliti
        Asupan gizi merupakan keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil. Gizi ibu hamil merupakan nutrisi yang diperlukan dalam jumlah yang banyak untuk pemenuhan gizi ibu sendiri dan perkembangan janin yang dikandungnya.
Pendidikan dapat dipahami sebagai proses belajar yang dialami seseorang untuk mengetahui, memahami, dan mampu mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkatan Pendidikan formal yang dimiliki oleh responden, dan perencanaan tindakan selanjutnya yang akan diambil sehubungan dengan Asupan gizi dengan menggunakan kuisioner sebagai instrument penilaian.
B.    Kerangka Konsep


Keterangan :                        
                = Variabel Independen
                = Variabel Dependen
C.    Defenisi Operasional
1.    Asupan Gizi
       Asupan gizi adalah tanda-tanda penampilan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara gizi disatu pihak dan pengeluaran oleh organisme dilain pihak yang terlihat melalui variabel tertentu.
Kriteria objektif :
Baik    : apabila pertanyaan dijawab oleh ibu >75%
                                         Jawaban Benar
Kurang Baik                   : apabila pertanyaan dijawab oleh ibu <75 br="">                                         Jawaban Benar
2.    Pendidikan
       Pendidikan secara sederhana dapat dipahami sebagai proses belajar yang dialami seseorang untuk mengetahui, memahami, dan mampu mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian pendidikan diperoleh dari pengisian responden dalam bentuk kuesioner berdasarkan pendidikannya.
dimana :

1: Pendidikan Dasar                              
2: Pendidikan Menengah
3: pendidikan Tinggi

D.    Hipotesis Penelitian
a.    Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada Hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan gizi selama kehamilan
a.    Hipotesis Nol (Ho)
Tidak Ada Hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan gizi selama kehamilan