Sunday 13 August 2017

HUBUNGAN GRAVIDA DAN HIPEREMESIS

                                                                    BAB I
                                                          PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

         Umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. oleh karena itu, pelayanan antenatal merupakan cara penting untuk mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.
         Data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat kehamilan dan persalinan, fakta ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit. Diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di negara berkembang. (http://akuindonesia.wordpress.com.online)
Masalah psikologis dapat mempredisposisi beberapa wanita untuk mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala ”normal”. kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, atau karena beban pekerjaan akan menyebabkan penderitaan batin dan konflik. Wanita yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan, rentan terhadap masalah dengan distres emosional menambah ketidaknyamanan fisik. (Denise Tiran, 2009: 15)
       Koren menggambarkan mual dan muntah sebagai gangguan medis tersering selama kehamilan. Power etal mencatat sekitar 51,4% wanita mengalami mual dan 9,2% wanita mengalami muntah. Glick dan Dick beranggapan bahwa sekitar 50% wanita mengalami gejala. Emelianova et al  menemukan frekuensi mual sebesar 67% dan 22% insidensi muntah dalam sekelompok wanita yang berjumlah 193 orang, sementara O’Brien dan Naber mengatakan bahwa 70% wanita mengalami mual dan 28% insidensi, yaitu 28% hanya mengalami gejala mual dan 52% mengalami mual dan muntah. (Dennise Tiran, 2009: 2-3)
        Berbagai kesulitan ekonomi yang terdapat pada permasalahan psikologis dan sosial saat ini menyebabkan kasus hiperemesis gravidarum meningkat. Adanya permasalahan kesehatan yang dialami wanita dengan hiperemesis gravidarum membawa implikasi pada asuhan keperawatan. perawat dituntut untuk mampu memberikan pelayanan keperawatan profesional melalui  perannya  sebagai praktisi ahli, edukator, peneliti, dan konsultan  sehingga dapat menjadi model peran, advokat, dan agen pembaharu. melalui perannya tersebut diharapkan perawat dapat membantu  mengatasi  berbagai masalah yang ditimbulkan pada kehamilan dengan hiperemesis gravidarum. (Nengah Runiari, 2010: 4)
         Sebagian kecil ibu hamil 0,3-2% akan mengalami kondisi yang serius yang disebut hiperemesis gravidarum. kondisi ini membutuhkan rujukan yang cepat kedokter. studi dilakukan oleh Signorello et al untuk menyelidiki efek asupan lemak pra kehamilan  terhadap keparahan hiperemesis. Disimpulkan bahwa asupan lemak total yang tinggi, terutama lemak yang tersaturasi akan meningkatkan resiko terjadinya hiperemesis yang parah.
(Diana Fraser, 2009: 363)
        Keadaan hiperemesis gravidarum yang sangat patologis jauh lebih jarang terjadi dibandingkan mual dan muntah secara logis. Kelli memperkirakan bahwa hiperemesis gravidarum yang sangat patologis terjadi dalam 1:500 kehamilan, dan Walters menyatakan bahwa insidensinya adalah antara tiga dari sepuluh per seribu kehamilan Kuscu dan Koyuncu meyakini bahwa kisarannya adalah antara satu dan dua puluh per seribu kehamilan. Dalam studi Power et al, sekitar 2,4% wanita yang mengalami mual dan muntah memerlukan hospitalisasi untuk hiperemesis gravidarum. (Dennise Tiran, 2009: 3)
        Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan pada Tahun 2007 sebanyak 143 kematian atau 92,89 per 100.000 kelahiran hidup,  Sedangkan Tahun 2008 jumlah kematian ibu maternal mengalami penurunan menjadi 121 orang atau 85,17 per 100.000 kelahiran hidup dan pada Tahun 2009 menurun lagi menjadi 118 orang atau 78,84 per 100.000 KH. Kematian ibu maternal tersebut terdiri dari kematian ibu hamil (19%), kematian ibu bersalin (46%), dan kematian ibu nifas (35%), dan salah satu penyebab dari kematian ibu hamil tersebut adalah hiperemesis gravidarum. (http://datinkessulsel.wordpress.com)
       Berdasarkan data hasil medical record di RSUD Haji Makassar diketahui bahwa penderita hiperemesis gravidarum  yang dirawat selama periode Januari s/d Desember 2014 sebanyak 40 orang dari 1.043 wanita hamil yang memeriksakan kehamilannya.
Berdasarkan uraian dari data-data yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik ingin melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Hubungan Gravida dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dapat disimpulkan bahwa masalah pokok penelitian adalah terjadinya gravid dapat menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh hubungan gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum maka  dirumuskan masalah “Apakah ada hubungan gravid dengan hiperemesis Gravidarum?




Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengidentifikasi hubungan gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015
Tujuan khusus
Mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan gravida di RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015
Mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan hiperemisis di RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015
Mengetahui hubungan gravida dengan hiperemesis gravidarum di RSUD RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015
Manfaat Penelitian   
Secara Teoritis
Untuk menambah pengetahuan tentang hubungan Gravida dengan kejadian hiperemesis Gravidarum.
Secara Praktis
Untuk peneliti
Meningkatkan wawasan penulis tentang hubungan Gravida dengan kejadian hiperemesis Gravidarum, mampu mengenali permasalahan kesehatan di masyarakat serta dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat di bangku kuliah.
Sebagai masukan untuk profesi kesehatan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan dalam menangani terjadinya hiperemesis gravidarum.
Untuk klien dan keluarga
Untuk memberikan informasi  dan gambaran serta pengetahuan tentang hiperemesis yang dialami ibu.
Untuk peneliti selanjutnya
Dapat menambah informasi dan sebagai bahan bacaan bagi penelitian selanjutnya mengenai hubungan gravida dengan hiperemesis gravidarum

                                                              BAB II
                                                TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Pengertian Kehamilan
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). (Hj.Saminem, 2009: 1)
    Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari zigot, ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Ida Ayu candranita Manuaba, dkk, 2010: 75)
        Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Abdul Bari Saifuddin, 2010: 213)
Tanda–tanda kehamilan dapat dibagi dalam tiga kategori besar yaitu: tanda tidak pasti hamil, tanda kemungkinan hamil dan tanda pasti kehamilan.


Tanda-tanda tidak pasti (presumtif)
Tanda-tanda presumtif adalah perubahan fisiologik pada ibu atau seorang perempuan yang mengindikasikan bahwa ia telah hamil, tanda tidak pasti adalah sebagai berikut:
Amenorhea (terlambat datang bulan)
Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak dilepaskan sehingga amenorhea atau tidak datangnya haid dianggap sebagai tanda kehamilan, namun hal ini tidak dapat sebagai tanda pasti kehamilan karena amenorhea dapat juga terjadi pada beberapa penyakit kronik.   
Mual dan Muntah
Mual dan muntah merupakan gejala umum mulai dari rasa tidak enak sampai muntah yang berkepanjangan dalam kedokteran sering disebut morning sickness karena munculnya sering kali pagi hari, mual dan muntah diperberat oleh makanan yang baunya menusuk dan juga oleh emosi penderita yang tidak stabil. untuk  mengatasinya penderita perlu diberi makanan–makanan ringan, mudah dicerna dan jangan lupa menerangkan bahwa keadaan ini masih dalam batas normal orang hamil.

Mastodinia (payudara tegang)
Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan payudara membesar. faskularisasi bertambah asinus dan duktus berpoliferasi karena pengaruh estrogen dan progesteron.
Quickening
Quickening adalah persepsi gerakan janin pertama biasanya disadari oleh wanita pada keehamilan 18-20 minggu.
Gangguan kencing
Frekunsi kencing bertambah dan sering kencing malam, disebabkan karena desakan uterus yang membesar dan tarikan oleh uterus ke cranial. hal ini terjadi pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. pada akhir triwulan III, gejala biasa timbul karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kembali kandung kencing.
Konstipasi
Konstipasi ini terjadi karena efek relaksasi progesterone atau dapat juga karena perubahan pola makan.
Perubahan berat badan (Weight gain)
Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan karena nafsu makan menurun dan muntah. pada bulan selanjutnya berat badan akan selalu meningkat sampai stabil menjelang aterm.
Perubahan payudara
Pembesaran payudara sering dikaitkan dengan terjadinya kehamilan, tetapi hal ini bukan merupakan petunjuk pasti karena kondisi serupa dapat terjadi pada pengguna kontrasepsi hormonal, penderita tumor otak atau ovarium, pengguna rutin obat penenang.
Mengidam (ingin makanan khusus)
Mengidam sering terjadi pada bulan–bulan pertama. ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu, terutama pada trimester pertama. akan tetapi akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
Lelah (fatigue)
Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya basal metabolic rate (BMR) dalam trimester pertama kehamilan. dengan meningkatnya aktifitas metabolik produk kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan, maka rasa lelah yang terjadi selama trimester pertama akan
berangsur-angsur menghilang dan kondisi ibu hamil akan menjadi lebih segar.   


Epulis
Epulis ialah suatu hipertrofi papilla ginggivae, hal ini sering terjadi pada triwulan pertama.
Tanda kemungkinan kehamilan (dugaan hamil)
Perubahan pada uterus
Uterus mengalami perubahan, perubahan pada ukuran, bentuk dan konsistensi. uterus berubah menjadi lunak bentuknya globular. teraba balotemen, tanda ini muncul pada minggu ke 16-20, setelah rongga rahim mengalami obliterasi dan cairan amnion cukup banyak. balotemen adalah tanda ada benda terapung atau melayang dalam cairan.
Tanda piskacek’s
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tertentu.
Suhu basal
Suhu basal yang sesudah ovulasi tetap tinggi terus antara 37,2O-37,8O adalah salah satu tanda akan adanya kehamilan. gejala ini sering dipakai dalam pemeriksaan kemandulan.



Perubahan–perubahan pada serviks
Tanda hegar
Tanda ini berupa pelunakan pada daerah itsmus uteri, sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan uterus mudah didefleksikan dapat diketahui melalui pemeriksaan bimanual. tanda ini mulai terlihat pada minggu ke enam dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8.
Tanda goodell’s
Diketahui melalui pemeriksaan bimanual. serviks terasa lebih lunak. penggunaan kontrasepsi oral juga dapat memberikan dampak ini.
 Tanda Chadwick
Adanya hipervaskularasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (lividea). tanda ini disebut tanda chadwick. warna portio pun tampak lividae. Pembuluh-pembuluh darah alat genitalia interna akan membesar. hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan nutrisi pada alat  genitalia tersebut meningkat. apabila terdapat kecelakaan pada kehamilan atau persalinan, maka perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat mengakibatkan kematian.
Tanda Mc Donald
Fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah difleksikan satu sama lain dan tergantung pada lunak atau tidaknya jaringan isthmus.
Pembesaran abdomen
Pembesaran perut menjadi nyata setelah minggu ke 16, karena pada saat ini uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi organ rongga perut.
Kontraksi uterus
Tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh perutnya kencang, tetapi tidak disertai rasa sakit.
Pemeriksaan test biologis kehamilan
Pada pemeriksaan ini hasil positif, dimana kemungkinan positif palsu.
Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti hamil adalah data atau kondisi yang mengidentifikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa  (misalnya denyut jantung janin, gambaran sonogram janin, dan gerak janin)
Indikator pasti hamil adalah penemuan-penemuan keberadaan janin secara jelas dan hal ini tidak dapat di jelaskan dengan kondisi kesehatan yang lain.
Denyut jantung janin (DJJ)
Dapat di dengar dengan stetoskop laenec pada minggu
17-18 pada orang gemuk, lebih lambat. dengan stetoskop ultrasonic (doppler), DJJ dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12. melakukan auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain, seperti bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu.
Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu, tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-20 minggu karena diusia kehamilan tersebut, ibu hamil dapat merasakan gerakan halus hingga tendangan kaki bayi di usia kehamilan 16-18 minggu.
Tanda Braxton –Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi, tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil. pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, maka tanda ini tidak ditemukan. (Suryati Romauli, 2011: 91-97)
Perubahan-perubahan yang terjadi pada kehamilan
Perubahan fisiologis pada ibu hamil
Perubahan sistem reproduksi

 Uterus
Rahim atau uterus yang semula besarya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami  hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.
Perubahan pada isthmus uteri (rahim) menyebabkan isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh. hubungan antara besarnya rahim dan usia kehamilan penting untuk diketahui karena kemungkinan penyimpangan kehamilan seperti hamil kembar, hamil molahidatidosa, hamil dengan hidramnion yang akan teraba lebih besar.
Sebagai gambaran hubungan antara besarnya rahim dan usia kehamilan dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pada usia kehamilan 16 minggu, tinggi rahim adalah setengah dari jarak simfisis dan pusat.
Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus rahim terletak dua jari di bawah pusat.
Pada usia kehamilan 24 minggu, tinggi fundus uteri tepat ditepi atas pusat.
Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri  sekitar 3 jari diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan prosessus xhypoideus.
Pada usia kehamilan 32 minggu, tinggi fundus uteri adalah setengah jarak prosesus xhipoideus dan pusat.
Pada usia kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu jari dibawah proses xhipoideus, dan kepala bayi belum masuk pintu atas panggul.
Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun setinggi tiga jari di bawah proxesus xipoideus karena kepala masuk pintu atas panggul.
(Ida Ayu Candranita, 2013: 85-88)
Serviks
    Pada trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi kurang kuat terbungkus. hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen secara keseluruhan. dengan sel-sel otot polos dan jaringan elastis, serabut kolagen bersatu dengan arah pararel terhadap sesamanya sehingga serviks menjadi lunak pada dinding kondisi tidak hamil, tetapi tetap mampu mempertahankan kehamilannya. penurunan konsentrasi kolagen lebih lanjut ini secara klinis terbukti dengan melunaknya serviks.
        Pada trimester kedua konsistensi serviks menjadi lunak dan kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak.
    Pada trimester ketiga pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen. konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi) proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus kehamilan yang berikutnya akan berulang.
(Suryati Romauli, 2011: 74-75)
Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan hormon korionik gonadotropin yang mirip dengan hormone luteotropik hipofisis anterior. (Ida Ayu Candrawinata, 2013: 92)
 Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot diperineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda chadwick. perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos. (Abdul Bari Saifuddin, 2010: 178)
Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone dan somatomamotrofin.
Fungsi hormone (estrogen, progesterone, dan somatomamotrofin adalah mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI (Air Susu Ibu).
Perubahan metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, di mana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk  pertumbuhan  janin dan persiapan memberikan ASI. (Ida Ayu Candranita, 2013: 92-94)
Traktus digestivus
Oleh karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat dan dapat menyebabkan:
Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi)
Daerah lambung terasa panas
Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pada pagi hari, yang disebut dengan morning sicknes.
Muntah, yang terjadi (emesis gravidaum).
Muntah berlebihan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari (hiperemesis gravidarum).
Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebakan obstipasi.
Sistem respirasi
Pada kehamilan, terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. disamping itu, terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada  usia kehamilan 32 minggu. sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan  O2  yang meningkat, ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20-25% daripada biasanya.
Traktus urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya  kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih. desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan urine akan bertambah. filtrasi pada glomerulus bertambah sekitar 69-70%. pada kehamilan, ureter membesar untuk dapat menampung banyaknya pembentukan urine, terutama pada ureter kanan karena peristaltik ureter terhambat karena pengaruh progesterone, tekanan rahim yang membesar dan terjadi perputaran ke kanan. tekanan rahim pada ureter kanan dapat menyebabkan infeksi pielonefritis ginjal kanan. (Ida Ayu Candranita, 2013: 94)
Perubahan psikologi pada ibu hamil
Trimester pertama (1-3 bulan)
        Trimester pertama sering  dikatakan sebagai masa penentuan. penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil pada saat inilah tugas psikologis pertama sebagai calon ibu untuk menerima kenyataan akan kehamilannya. selain itu akibat dari dampak terjadinya peningkatan hormone estrogen dan progesterone pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan pada fisik  sehingga banyak ibu  hamil yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan.
Trimester kedua (4-6 bulan)
        Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan, saat ibu merasa sehat. ini disebabkan selama trimester ini umumnya wanita sudah merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. tubuh ibu sudah terbiasa denga kadar hormone yang lebih  tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang.
Trimester ketiga (7-9 bulan)
Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian. pada periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya. trimester tiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi (Yuni kusmiati, dkk, 2009: 69-73)
Konsep dasar Hiperemesis gravidarum
Pengertian
Adapun beberapa pengertian tentang hiperemesis gravidarum yang diperoleh dari berbagai sumber adalah sebagai berikut:
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama.
(Johanes C.Mose, 2011: 64)
Etiologi
Penyebab utamanya belum diketahui secara pasti. dahulu penyakit ini  dikelompokkan kedalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga ada semacam ‘racun’ yang berasal dari janin/kehamilannya. Bersama-sama dengan preeklamsi-eklamsi, penyakit ini dahulu dikelompokkan  kedalam penyakit  gestosis. Nama  gestosis dini  diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi dalam kehamilan (termasuk preeklamsi dan eklamsi).
Akhir-akhir ini, diperkirakan bahwa sindrom ini terjadi akibat tingginya atau peninggian yang cepat dari kadar serum korionik gonadotropin atau hormone estrogen dalam darah ibu hamil tersebut. agaknya faktor psikis, kematangan jiwa, dan penerimaan ibu tersebut terhadap kehamilannya sangat berpengaruh pada berat ringannya gejala yang timbul.
Gejala mual-muntah dapat  juga disebabkan oleh gangguan traktus digestivus seperti pada penderita diabetes militus. hal ini disebabkan oleh gangguan motilitas usus pada penderita ini. gangguan keseibangan hormonal, seperti HCG,  tiroksin, kortisol dan hormon seks (estrogen dan progesteron).
(C.mose Johanes, 2011: 65)
Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum  yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan  dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya eksresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah-muntah lebih banyak, dapat merusak hati. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung.
(Eni Nur Rahmawati, 2011: 51)
Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh sebagai berikut:
 Hepar: pada tingkat ringan ditemukan degenerasi lemak
sentrilobuler tanpa nekrosis.
Jantung: jantung atrofi, kecil dari biasa kadangkala dijumpai perdarahan sub-endokardial.
Otak: terdapat bercak perdarahan pada otak.
Ginjal: tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti. (Rustam Mochtar, 2012: 142)
Gejala klinik
Batas jelas antara mual yang masih fiisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum dapat dibagi menjadi tiga tingkat berikut ini:
Tingkatan pertama
Muntah terus menerus sehingga menimbulkan, dehidrasi, turgor kulit turun, nafsu makan berkurang, berat badan turun, mata cekung dan lidah kering.
Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus.
Nadi meningkat dan tekanan darah turun.
Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit.
Tampak lemah dan lemas.
Tingkatan kedua
Dehidrasi semakin meningkat akibatnya, turgor kulit makin menurun, lidah kering dan kotor, mata tampak cekung dan sedikit ikterus.
Kardiovaskuler, frekuensi nadi semakin cepat <100 badan="" br="" darah="" kali="" karena="" kecil="" meningkat="" menit="" nadi="" suhu="" tekanan="" turun.="" turun="" volume="">Liver
Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus.
Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan: oliguria, anuria, terdapat  timbunan benda keton aseton, aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan.
Kadang-kadang muntah bercampur darah   akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung.
Tingkatan ketiga
Keadaan umum lebih parah
Muntah berhenti
Kesadaran makin menurun hingga mencapai somnolen atau koma, terdapat ensefalopati werniche (komplikasi susunan saraf pusat): nistagmus (perubahan arah bola mata), Diplopia (gambar tampak ganda), dan gangguan mental. (Eni Nur Rahmawati, 2011: 52)
Diagnosis
Diagnosis gravidarum biasanya tidak sukar. harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli, dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan. (Eni Nur Rahmawati, 2011: 53)
Penatalaksanaan
Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan cara: memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering, menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat, makanan yang berbau lemak dan berminyak sebaiknya dihindarkan, makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin, defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
(Eni Nur Rahmawati, 2011: 53-54)
Obat-obatan
Memberikan obat untuk hiperemesis gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan kongenital cacat bawaan bayi), komponen (susunan obat) yang dapat diberikan adalah sedatif  ringan (fenobarbital, valium), Anti alergi (anti histamin Dramamin, Avomin), Obat anti
mual-muntah (Mediamer B6,Emetrole), Vitamin (terutama vitamin B kompleks, Vitamin C).
(Ida Ayu Candranita, 2013: 232)

Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. tidak diberikan makanan dan minuman selama 24 jam, kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.
Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2-3 liter/hari, dapat ditambah kalium dan vitamin (vitamin B kompleks, vitamin C, bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair, dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik
Menghentikan kehamilan
Bila pengobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus terapeutik.
(Eni Nur Rahmawati, 2011: 54-55)
Diet
Ada tiga diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu:
Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang akan zat-zat gizi kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Pemberian minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis  I, II dan III adalah roti panggang, biskuit, crakers, buah segar dan sari buah, minuman botol ringan, sirup, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer. Sedangkan makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang mengandung zat tambahan (pengawet, pewarna dan penyedap rasa) juga tidak dianjurkan. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010: 124-125) 
Risiko
Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6, mistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani akan terjadi psikosis korsakof (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas). ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.
Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim. (Abdul Bari Sarifuddin, 2010: 816-817)
BAB III
KERANGKA KONSEP
Dasar pemikiran variabel yang diteliti
Gravida atau Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). (Hj.Saminem, 2009: 1).
Tanda-tanda presumtif adalah perubahan fisiologik pada ibu atau seorang perempuan yang mengindikasikan bahwa ia telah hamil, tanda tidak pasti dan salah satunya adalah mual muntah. Mual dan muntah merupakan gejala umum mulai dari rasa tidak enak sampai muntah yang berkepanjangan dalam kedokteran sering disebut morning sickness karena munculnya sering kali pagi hari, mual dan muntah diperberat oleh makanan yang baunya menusuk dan juga oleh emosi penderita yang tidak stabil.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari, karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 2013: 141). Sedangkan hiperemesis gravidarum itu sendiri dibagi menjadi 3 tingkatan: ringan, sedang dan berat.



Kerangka Konsep
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Karena Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari, karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Berdasarkan uraian teori dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka kerangka konsep penelitian yang penulis rancang adalah seperti diagram berikut ini:

Hiperemesis gravidarum
   



Keterangan:

    :variabel dependen


                 : variabel independen






Defenisi Operasional
Variabel terikat (Gravida)
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya akan  mengalami kehamilan.
Primigravida adalah wanita yang hamil pertama kali sedangkan multigravida adalah ibu hamil yang sebelumnya sudah pernah hamil lebih dari satu kali. (Kusmiyati, 2009:123)
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Jumlah kehamilan 2-3 (multi) merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal (Winkjosastro, 2008).
Penyebab hyperemesis belum diketahui secara pasti. Telah diketahui beberapa faktor prodisposisi terjadinya Hyperemesis Gravidarum yaitu wanita hamil dengan anemia, primigravida, kehamilan ganda dan molahidatidosa (Setiawan, 2008).
kriteria objektif:
           1. primigravida
          2. multigravida


Variabel bebas (Hiperemesis)
Hyperemesis gravidarum tingkat I
Termasuk tingkat ringan
Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan turun  dan nyeri pada epigastrium, denyut nadi meningkat, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering, serta mata cekung.
Hyperemesis gravidarum tingkat II
Termasuk tingkat sedang
Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, apatis, turgor kulit mulai buruk, lidah kering dan kotor, nadi teraba lemah, dan cepat, suhu badan naik ( dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tekanan darah turun, hemokonsentrasi oligouri, dan konstipasi, dapat juga terjadi aseton uria, serta napas bau aseton.
Hyperemesis gravidarum tingkat III
Termasuk tingkat berat
 Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun, samnolen sampai koma, nadi teraba lemah dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tekanan darah turun, serta terjadi ikterus. Jika sampai timbul komplikasi dapat berakibat fatal, berupa : memengaruhi susunan saraf pusat, ensefalopati wernicke dengan adanya nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. (Hidayati Ratna, 2009, 67-68)
Pada tingkat I termasuk tingkat ringan atau resiko rendah, sedangkan tingkat II termasuk resiko tinggi karena apabila tidak teratasi akan berkelanjutan pada tingkat III, yang akan mengancam jiwa ibu dan janin.
Kode = 1. Resiko tinggi (tingkat II-III)
         2. Resiko rendah (tingkat I)
Hipotesis Penelitian
Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan antara gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum.
Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada hubungan antara gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum.

                                                                  BAB III
                                                   METODE PENELITIAN

Desain Penelitian
Desain atau rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk mengatur latar penelitian agar dapat memperoleh data yang tepat sesuai dengan karateristik variabel dan tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Desain penelitian yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian jenis penelitian kulitatif yang diharapkan yaitu menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian (survey) analitik untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gravida dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Haji Makassar


Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari s/d september 2015 di RSUD Haji Makassar.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami hiperemesis yang dirawat di RSUD Haji Makassar periode januari s/d september 2015 sejumlah 41 orang ibu.

Sampel
Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek atau populasi (Notoatmodjo, 2012). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total populasi yaitu 41 ibu hamil yang mengalami hiperemesis  dirawat di RSUD Haji Makassar periode januari s/d september 2015.

Metode pengumpulan data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari medical record di Rumah sakit umum daerah Haji Makassar tanggal 23 oktober 2015. Jenis penelitian menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional study yaitu suatu penelitian (survey) analitik untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). (Notoatmodjo, 2012).

Pengolahan Data,
Pengolahan data diperoleh selanjutnya diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel. Sebelum data dianalisa terlebih dahulu dilakukan :
Editing,
Editing yang dilakukan guna meneliti kembali setiap daftar pertanyaan yang telah diisi dari hasil wawancara dengan responden. Dalam hal ini editing meliputi kelengkapan dan kesalahan dalam pengisian pertanyaan yang telah diberikan pada responden.
Koding,
Koding yang dilakukan dengan cara meneliti kembali setiap data yang ada kemudian memberi kode pada jawaban yang telah tersedia di lembar pertanyaan sesuai dengan jawaban responden.
Skoring ,
Dilakukan dengan memberikan nilai sesuai dengan skor yang telah ditentukan.
Tabulasi,
Tabulasi data merupakan lanjutan dari pengkodean pada proses pengolahan data dalam bentuk distribusi frekuensi.

Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh nilai dari masing-masing tabel, selanjutnya data dianalisa dengan menggunakan komputer program spss versi 16.
Analisa Deskriptif (Univariat)
Analisa ini dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian dengan membuat table distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variable, menggunakan rumus :



P    : Persentase
F    : Frekuensi
n    : Total
Analisa Hubungan (Bivariat)
Analisa bivariat dilakukan terhadap tiap variabel independen dan dependen, dengan uji statistic chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Setalah uji hipotesa dilakukan, dengan taraf kesalahan 5% dan derajat kebebasan df=1, maka penilaian hipotesis : Ha diterima jika p < α = 0,05
Uji statistik yang digunakan adalah chi square dengan rumus :



Keterangan    :
        X ²    : Chi Kuadrat ( hubungan variabel dependen dan variabel independen)
        fo       : Fekuensi yang diobservasi  (nilai observasi )
      fh       : Frekuensi yang diharapkan dihitung (nilai sampel)
      ∑       : Jumlah
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi kolerasional yaitu penelitian yang melihat hubungan antara dua variabel atau lebih dengan mengkaji apakah ada hubungan yang terjadi antara hubungan gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015.


                                                                         BAB V
                                            HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Haji Makassar mengenai hubungan gravida dengan hiperemesis gravidarum diperoleh data sebagai berikut :
Hasil Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel yang diteliti yaitu kejadian hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar periode Agustus s/d September 2015
Frekuensi gravida
    Tabel 4.1   
Distribusi Frekuensi Gravida di RSUD Haji Makassar periode Agustus s/d September 2015
   

No    Gravida     Jumlah    %      
1.
2.    Primigravida
Multigravida     29
12    56,1
43,9      
Jumlah     41    100,0   

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa distribusi frekuensi hiperemesis dengan kategori primigravida sejumlah 28 orang (56,1%) dan kategori multigravida sejumlah 12 orang (43,9%)

Frekuensi hiperemesis
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hiperemesis Gravidarum di di RSUD Haji Makassar periode Agustus s/d September 2015


No    Hiperemesis Gravidarum    Jumlah    %      
1.
2.    Resiko tinggi (tingkat II-III)
Resiko rendah (tingkat I)    12
29    29,3
70,7      
Jumlah    41    100,0   

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa distribusi frekuensi hiperemesis dengan kategori resiko tinggi (tingkat II-III) sejumlah 12 orang (29,3%) dan kategori resiko rendah (tingkat I) sejumlah 29 orang  (70,7%)

Hasil Analisa Bivariat
          Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu hiperemesis  dan variabel dependen yaitu gravida. Dengan menggunakan uji statistic Chi- Kuadrat dengan derajat kesalahan (α) sebesar 0,05.

Table 4.3
Hubungan Gravida dengan Hiperemesis Gravidarum di RSUD Haji Makassar periode Agustus s/d September 2015


Gravida    Hiperemesis gravidarum    Jumlah      
     Tingkat 2 dan 3 Resiko tinggi    resiko rendah tingkat 1           
Primigravida
    3
7%    20
49%    23
56%      
Multigravida
    9
22%    9
22%    18
44%      
Jumlah
%    12
29%    29
71%        41
100%   
                                    P=0,010
Berdasarkan data pada tabel di atas maka diketahui bahwa hasil analisis hubungan antara gravida dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015 terhadap 41 hiperemesis diperoleh hasil bahwa dari 23 orang dengan kategori primigravida terdapat 3 orang (7%) yang mengalami resiko tinggi, sedangkan dari 18 orang (44%) dengan kategori multigravida terdapat 9 orang (22%) yang mengalami resiko tinggi.
Hasil pengujian statistik diperoleh p value = 0,010 ( < α 0,05) yang berarti ada hubungan signifikan antara gravida dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar periode januari s/d September 2015.


Pembahasan
Gravida
          Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Haji Makassar diperoleh data bahwa distribusi frekuensi hiperemesis dengan kategori primigravida sejumlah 28 orang (56,1%) dan kategori multigravida sejumlah 12 orang (43,9%). Graviditas adalah seorang wanita hamil, istilah gravida menunjukkan adanya kehamilan tanpa mengingat umur kehamilannya. Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang telah dialami, tanpa mengingat umur kehamilannya. Seorang primigravida adalah seorang wanita hamil untuk pertama kalinya. Seorang multigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk kedua kalinya (Oxorn, 2010)

Hiperemesis Gravidarum
          Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Haji Makassar diperoleh data bahwa distribusi frekuensi hiperemesis dengan kategori resiko tinggi (tingkat II-III) sejumlah 12 orang (29,3%) dan kategori resiko rendah (tingkat I) sejumlah 29 orang  (70,7%).
          Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang tidak dapat dihentikan selama kehamilan biasanya mencapai puncaknya antara minggu kedelapan dan keduabelas dan hilang pada minggu ke dua belas (Meilia, 2010). Hiperemesis gravidarum adalah mual-muntah berlebihan selama masa hamil muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umumnya dialami wanita hamil karena intensitasnya yang melebihi muntah normal dan berlansung selama trimester pertama kehamilan (Varney, 2007).

Hubungan Gravida dengan Hiperemesis Gravidarum
            Berdasarkan hasil analisis hubungan antara gravida dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar terhadap 41 orang hiperemesis diperoleh hasil bahwa dari 23 ibu hiperemesis pada primigravida diperoleh 3 orang (7%) yang mengalami resiko tinggi (tingkat II-III) dan 20 orang (49%) yang resiko rendah (tingkat I). Sedangkan dari 18 ibu hiperemesis pada multigravida diperoleh 9 orang (22%) yang mengalami resiko tinggi (tingkat II-III) dan 9 orang (22%) yang mengalami resiko rendah (tingkat I). 
Dari tabel diatas, ρ-value menunjukkan 0.010 < α (0.05). H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan antara gravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar periode Januari s/d September 2015.  
             Penyebab dari hiperemesis gravidarum menurut Mohtar (2012) ada faktor-faktor predisposisi, estrogen dan HCG meningkat, primigravida, faktor organik, faktor psikologik dan faktor indokrin. Muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim IUDR (Prawirohardjo, 2007). Akibat yang terjadi karena hipermisis gravidarum adalah penurunan berat badan (Varney,  2007). Adanya penurunan berat badan pada ibu hamil akan terjadi kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil.
           Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nining (2009), kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan pertama. Hiperemesis gravidarum terjadi 60-80% pada primigravida dan 40-60% pada multigravida (Arief, 2009). Lebih lanjut (Saifuddin, 2002) menjelaskan ibu hamil yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.
           Menurut pendapat peneliti berdasarkan hasil penelitian, pada penderita hiperemesis gravidarum, suplai nutrisi mungkin terganggu dengan akibat yang serius dan mungkin diperlukan suplementasi vitamin. Secara khusus, suplementasi tiamin harus diberikan kepada mereka yang mengalami muntah berkepanjangan untuk menghindari ensefalopati Wernicke. Diperlukan konsultasi ahli gizi. Jika wanita merasa tidak sehat, ia cenderung tidak terlalu banyak bergerak sehingga harus dipertimbangkan pemberian tromboprofilaksasi. Pemantauan janin biasa dilakukan khususnya dengan pemantauan pertumbuhan. Pemberian obat-obatan yaitu dengan obat sedatif, antihistamin, serta vitamin B1 dan B6 sampai antiemetik. Penderita diisolasi sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Berikan terapi psikologi, hilangkan rasa takut karena kehamilan, kurangi pekerjaan, serta hilangkan masalah dan konflik. Berikan cairan cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu, dapat ditambah kalium dan vitamin.

                                                             BAB VI
                                           KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

        Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Haji Makassar dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
Distribusi frekuensi gravida dengan kategori primigravida sejumlah 28 orang (56,1%) dan kategori multigravida sejumlah 12 orang (43,9%).
Distribusi frekuensi hiperemesis dengan kategori resiko tinggi (tingkat II-III) sejumlah 12 orang (29,3%) dan kategori resiko rendah (tingkat I) sejumlah 29 orang (70,7%).
Ada hubungan antara gravida dengan hiperemesis gravidarum di RSUD Haji Makassar dengan p value = 0,010 ( < α 0,05)

Saran

      Meningkatkan pelayanan antenatal yang berkualitas agar dapat mengantisipasi/mendeteksi secara dini komplikasi-komplikasi yang sering tejadi pada kehamilan.
Memberikan penyuluhan kepada semua ibu hamil tentang fisiologi kehamilan.
   
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment