Showing posts with label BUKU. Show all posts
Showing posts with label BUKU. Show all posts

Monday 10 January 2022

BUKU MANAJEMEN PEMASARAN

BUKU MANAJEMEN PEMASARAN




 BAB I 

PENGERTIAN MANAJEMEN 

PEMASARAN 

 

1.1    Definisi dan Konsep Inti Pemasaran  

1.1.1. Definisi Pemasaran 

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu-individu dan   kelompokkelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan saling  

mempertukarkan produk dan jasa serta nilai antara seseorang dengan yang lainnya. Peranan pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk atau jasa hingga ke tangan konsumen, tetapi juga bagaimana produk atau jasa tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan secara berkelanjutan, sehingga keuntungan perusahaan dapat diperoleh dengan terjadinya pembelian yang berulang.  

Tujuan dari pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menciptakan suatu produk yang sesuai dengan keinginan konsumen, menjanjikan nilai superior, menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk dengan mudah, mempromosikan secara efektif serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan tetap memegang prinsip kepuasan pelanggan. 

Dasar pemikiran pemasaran dimulai dengan adanya kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands); produk (barang, jasa, gagasan); nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran dan transaksi; hubungan dan jaringan; pasar; pemasar dan calon pembeli 

1.1.2 Konsep  Inti Pemasaran 

Konsep inti pemasaran meluputi: kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk (barang, jasa dan gagasan); nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran dan transaksi; serta hubungan dan jaringan  

 

Konsep inti pemasaran pada dasarnya dimulai dari : 

1. Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan  

Kita dapat membedakan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan pasar. Kebutuhan manusia (human needs) adalah  ketidakberadaan beberapa kepuasan dasar. Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks, bukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dan lainnya.), tetapi juga psikis: rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan, dan lainnya. Kebutuhan tidak diciptakan, tetapi merupakan hakekat biologis dan kondisi manusia. Bentuk kebutuhan manusia yang dipengaruhi oleh budaya dan kepribadian individual dinamakan keinginan.  

Keinginan (wants) digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau dengan kata lain keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, akan tetapi terdapat keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga tidak semua keinginan yang ada disertai dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan yang disertai dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya disebut dengan permintaan (demands).  

 

2. Produk (Barang, Jasa dan Gagasan) 

Munculnya berbagai kebutuhan, keinginan dan permintaan pasar, mendorong produsen untuk mempelajari, melakukan riset pasar, mengamati prilaku konsumen, menganalisis keluhan dan ketidakpuasan yang dialami konsumen, mencari jawaban produk atau jasa apa yang sedang disukai, akan disukai dan yang tidak disukai konsumen. Dengan demikian, produsen dapat menawarkan produk (barang, jasa, dan gagasan) kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki atau dikonsumsi sehingga kepuasan konsumen dapat tercapai. Perusahaan sering membuat kesalahan dengan lebih memperhatikan produk fisik daripada jasa yang diberikan produk tersebut. Sebuah produk fisik adalah suatu cara mengemas sebuah jasa. Tugas pemasar adalah menjual manfaat atau jasa yang diwujudkan kedalam produk fisik, bukan hanya menggambarkan ciri-ciri produk tersebut. Pemasar yang memusatkan pemikirannya pada produk fisik, bukan pada kebutuhan dan keinginan pelanggan, dikatakan menderita myopa pemasaran (rabun pemasaran) yaitu ketidak-pedulian terhadap faktor-faktor penentu kepuasan pelanggan. Konsumen yang dilayani oleh penjual yang myopa pemasaran menjadi tidak loyal dan memiliki kecenderungan yang besar untuk berpindah ke produsen/produk substitusi lainnya. 

 

3. Nilai, Biaya dan Kepuasan 

Perusahaan-perusahaan di dalam industri berusaha menawarkan produk dan jasa yang superior, mengakibatkan konsumen dihadapkan pada pilihan yang beraneka ragam. Konsumen membuat pilihan pembeli berdasarkan pada persepsi mereka mengenai nilai yang melekat pada berbagai produk dan jasa ini. Nilai adalah selisih antara nilai total yang dinikmati pelanggan karena memiliki serta menggunakan suatu produk dan biaya total yang menyertai produk tersebut. Nilai total antara lain nilai dari produk, jasa, personil pemasar, biaya waktu, biaya energi yang dikeluarkan, dan biaya psikis. Setelah pemberian nilai, konsumen akan mengevaluasi dan hasil evaluasi ini akan mempengaruhi kepuasan dan peluang untuk membeli ulang produk tersebut. 

Kepuasan pelanggan tergantung pada anggapan kinerja produk dalam menyerahkan nilai relatif terhadap harapan pembeli. Bila kinerja atau prestasi sesuai atau bahkan melebihi harapan, maka pembelinya akan merasa puas. Perusahaan yang cerdik memfokuskan diri terhadap kepuasan konsumen dengan hanya menjanjikan apa yang dapat mereka serahkan, kemudian menyerahkan lebih banyak dari yang mereka janjikan, sehingga konsumen selalu loyal terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.   

Kepuasan pelanggan berkaitan erat  dengan mutu. Dalam upaya perbaikan mutu produk yang dihasilkan, produsen menerapkan konsep Total Quality Management (TQM) yaitu program yang dirancang untuk memperbaiki mutu produk, jasa dan proses pemasaran secara terus menerus. TQM memiliki komitmen antara lain: 

- Fokus terhadap pelanggan 

- Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas 

- Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah 

- Memperbaiki proses secara kesinambungan 

- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk karyawan 

Dengan penerapan TQM, diharapkan perodusen mampu memproduksi produk (barang dan jasa) yang konsisten terhadap standar mutu yang telah dijanjikan. 

 

4. Pertukaran dan Transaksi 

Pertukaran adalah tindakan untuk memperoleh barang yang dikehendaki dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalan. Terdapat 5 kondisi yang harus dipenuhi agar pertukaran dapat terjadi: 

- Terdapat sedikitnya dua pihak 

- Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin berharga bagi pihak lain 

- Masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan melakukan penyerahan 

- Masing-masing pihak bebas menerima atau menolak tawaran pertukaran  

- Masing-masing  pihak yakin bahwa berunding dengan pihak lain adalah layak dan bermanfaat (negoisasi) 

Pertukaran baru akan terjadi apabila kedua belah pihak dapat menyetujui syarat pertukaran, yang akan membuat mereka lebih baik (atau setidak-tidaknya tidak lebih buruk) daripada sebelum pertukaran. Pertukaran sering dilukiskan sebagai proses penciptaan nilai, sebab pertukaran apada umumnya membuat kedua belah pihak menjadi lebih baik.Pertukaran harus dilihat sebagai suatu proses dan bukan sabagai sebuah kejadian. Dua pihak terlibat dalam pertukaran jika mereka berunding dan mengarah  kepada suatu kesepakatan yang saling menguntungkan. Saat dicapainya kesepakatan, maka dapat dikatakan telah terjadi suatu transaksi. 

Transaksi adalah perdagangan antara dua pihak atau lebih, yang paling sedikit melibatkan dua macam nilai, persetujuan mengenai kondisi, waktu dan tempat. Biasanya sistem hukum digunakan untuk memperkuat dan memaksa agar pihak yang bertransaksi mematuhinya. Tanpa adanya hukum perjanjian, maka transaksi akan dipandang dengan kecurigaan yang mengakibatkan kerugian bagi semua pihak. 

 

5. Hubungan dan Jaringan 

Pemasaran hubungan (relationship marketing) adalah praktik membangun hubungan jangka panjang yang saling mempercayai dan saling menguntungkan dengan pelanggan, penyalur dan pemasok  guna mempertahankan bisnis jangka panjang mereka. Agar hubungan dapat tercipta dalam jangka panjang, terdapat beberapa hal yang harus dipahami, antara lain: 

- Saling mempercayai dan saling menguntungkan 

- Menjanjikan dan memberikan kualitas yang tinggi, pelayanan yang baik, harga yang pantas antar pihak 

- Menghasilkan ikatan ekonomi, teknik dan sosial yang kuat antar pihak yang 

berkepentingan 

- Menekan biaya transaksi dan waktu pencarian pelanggan 

Hasil pemasaran hubungan yang utama adalah pengembangan asset unik perusahaan yang disebut dengan jaringan pemasaran. Jaringan terdiri dari perusahaan dan semua pihak-pihak pendukung, pelanggan,  supplier, distributor, pengecer, agen iklan, ilmuwan dan pihak lain yang bersama-sama dengan perusahaan dalam membangun hubungan bisnis yang saling menguntungkan. Semakin lama, persaingan tidak lagi berlangsung antar perusahaan melainkan antar seluruh jaringan, yang akan dimenangkan oleh perusahaan yang telah membangun jaringan yang lebih baik.

Selengkapnya...


Friday 7 January 2022

CONTOH BUKU METODOLOGI PENELITIAN

 Bab I Hakikat Ilmu Pengetahuan 

 

 

A. PENDAHULUAN 

Ketika saya lulus SMA. Kepala Sekolah memberi nasehat demikian. “Barang siapa yang merasa dirinya merasa dirinya pintas, itulah kebodohan, tetapi barang siapa merasa dirinya bodoh, itulah kepintaran.” Nasihat ini kemudian saya pahami dalam suatu pernyataan filsafat yang berbunyi : 

  Ada orang yang tahu di tahunya. 

  Ada orang yang tahu di tidak tahunya.  Ada orang yang tidak tahu di tahunya. 

  Ada orang yang tidak tahu di tidak tahunya. 

Sedikit yang kita ketahui dari alam alam semesta ini. Paulus dalam kitab Roma mengatakan, “ alangkah dalamnya hikmah Allah tidak terselidiki oleh manusia.” Mengetahui bahwa masih banyak yang belum diketahui menimbulkan keinginan untuk mengetahuinya. Pengetahuan yang diperoleh dari proses mengetahui itu akan mengembangkan kemampuan kita dalam berinteraksi dengan dunia sekitar kita. Proses mengetahui ini berjalan terus sepanjang hayat, sejak bayi sampai akhir hayat. 

Masalah pengetahuan ini berkisar pada tiga hal, yaitu apa pengetahuan, bangaimana mengetahui, dan untuk apa pengetahuan itu. Masalah – masalah yang berhubungan dengan pertanyaan yang pertama (apa pengetahuan) disebut ontologis, sedangkan masalah – masalah yang berhubungan dengan pertanyaan kedua (bagaimana mengetahui) termasuk dalam epistemologis, dan masalah – masalah yang berhubungan dengan pertanyan ketiga (untuk apa pengetahuan) termasuk dalam aksiologis.1 Ketiga al ini tidak bisa lepas dari bagaimana mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu, dan sebaliknya. 

Pengetahuan itu pada hakikatnya meliputi semua yang diketahui oleh seseorang tentang obyek tertentu. Seseorang tentang obyek tertentu. Seseorang mengetahui apa yang dimaksud dengan dosa, mengetahui apa yang baik dan buruk, mengetahui cara memainkan apa gitar, mengetahui mengapa tanaman menjadi subur jika diberi pupuk, dan sebagainya. Seorang nelayan yang tinggal di pinggir pantai mengetahui bahwa pasang naik setiap bulan purnama, dan pasang surut setiap bulan mati. Ia memperoleh pengetahuan ini dari pengalamannya. Pengetahuan seperti ini oleh M. Hatta disebut pengetahuan pengalaman.2 Tetapi, ia tidak mengetahui mengapa pasang naik pada bulan purnam dan surut pada bulan mati. Dengan kata lain, ia tidak mempunyai pengetahuan (kmowledge) tentang ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang menerangkan pengetahuan pengalaman ini. Pengetahuan ini mencakup baik knowledge maupun science, seni, dan teknologi. 

Masalah pengetahuan bukan hanya mengetahui, tetapi mengetahui yang benar. Banyak dari pengalaman pengetahuan itu kita peroleh dari orang lain. Kalau kita bertanya kepada seseorang di mana jalan ke rumah si A, dan ia memberi tahu kita, maka kita bisa percaya informasi yang diberikannya itu kita adalah informasi yang benar atau salah. Dengan kata lain, seberapa jauh kita menerimanya sebagai suatu kebenaran. Kebenaran adalah suayu pernyataan tanpa keraguan. 

Pada dasarnya ada dua cara yang dipergunakan oleh manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah manusia dengan mendasarkan diri pada rasio, dan yang kedua mendasarkan diri pada pengalaman. Kaum rasionalis mengembanghkan faham rasionalisme, sedangkan yang kedua mengembangkan faham empirisme. Sesuatu yang bebar menurutr idealisme didapatkan oleh manusia dengan cara memikirkannya. Ide bagi kaum rasionalisme itu bersifat apriori yang mendahului pengalaman. 

Bagi kaum empiris, pengetauan manusia tidak didapatkan melalui penalaran rasional yang abstrak, tetapi melalui pengalaman konkret. Dengan mengamati gejala – gejala alam dan gejala-gejala sosial, manusia dapat menemukan pengetahuan yang megikuti metode induktif, dapat dissun pengetahuan yang berlaku secara umum. 

Selain dari rasio dan pengalaman, pengetahuan yang benar dapat pula diperoleh melalui intuisi ata wahyu. Namun intusisi ini bersifat personal dan tidak bisa diramalkan, sehingga tidak dapat dipergunkan sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur. Masalah pengetahuan tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi mendapatkan pengetahuan yang benar. Kriteria kebenran itu sendiri tidak mutlak, berbeda – beda menurut waktu, tempat, dan orang. Ketika Galileo Galilei menyatakan pada abad ke – 12 bahwa bumi ini bulat dan berputar mengelilingi matahari, para penguasa menganggapnya sebagai ajaran sesat yang harus cepat – cepat dihilangkan agar tidak menyesatkan masyarakat. Tetapi, beberapa abad kemudian, orang yang mengatakan bahwa bumi ini tidak bulat dan tidak mengelilingi matahari dianggap sebagai orang yang paling bodoh. Contoh ini menunjukkan bahwa kebenaran itu bersifat tentative. 

Pernyataan tentang apa yang dianggap sebagai suatu kebenatan itu dilakukan melalui suatu proses penalaran. Proses ini bertitik tolak pada postulat – postulat tertentu tentang ap yang diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian. Penaran silogisme, misal, bertitik tolak pada suatu premis mayor dan suatu premis minor. Premis mayor adalah suatu pernyataan yang berlaku umum dengan kebenaran yang tidak perlu dibuktikan. Contohnya : 

 

Premis Moyor : Manusi mati. 

Premis minor : Suharti adalah manusia 

Kesimpulan  : Suharto Mati 

 

Pernyataan “Suharto mati” adalah benar, jika kita dapat membuktikan bahwa suharto adalah manusia dan bahwa manusi mati adalah benar. 

Kecuali postulat sologisme, dikenal pula postulat – postulat lain sperti postulat keajengan, postulat sebab akibat. Matahari terbit di sebelah timur adalah postulat keajengan karena kita meyaksikan bahwa di sepanjang hidup kita matahari selalu terbit disebelah timur. 

                 

B. Teori, Proposisi dan Konsep 

1. Teori 

Ilmu pengetahuan terdiri atas seperangkat teori dalam bidang tertentu. Dengan teori, itu kita dapat “membaca” kenyataan – kenyataan empiris yang terjadi di sekitar kita. Fakta empiris yang sama dapat diceritakan oleh beberapa orang dengan cara yang berbeda beda sesuai dengan “kacamat” teori yng mereka pergunakan. Tanpa teori, kita menjadi “buta” tentang peristiwa – peristiwa empiris yang terjadi di sekitar kita. Sebaliknya, tanpa dipweradapakan dengan peristiwa – peristiwa empiris, suatu teori akan menjadi lumpuh. Karena teori sangat penting dalam kaitannya dengan penelitian empiris, maka perlu kita mempunyai pemahaman yang sama tentang teori. Teori menurut nan Lin adalah : 

  A set of interrelated propositions, some of which can be empirically test.3 

 

 

Teori pertama–tama terdiri atas seperangkat proposisi, yaitu pernyataan– pernyataan tentang hubungan di antara dua konsep atau lebih. Apabila seseorang diberi stimulus, maka ia akan memberikan reaksi dengan cara tertentu. Stimulus dan reaksi adalah dua konsep yang dihubungkan menjadi satu proposisi. Misalnya konsep hukuman yang dihubungkan dengan konsep perilaku akan menjadi : ”Jika anak diberi hukuman, maka perilakunya berubah ke arah yang positif.” Pernyataan ini disebut proposisi. 

Suatu teori terdiri dari atas seperangkat proposisi yang saling berkaitan. Keterkaitan tersebut tersusun dalam suatu sistem yang memungkinkan kita mempunyai pengetahuan yang sistematis tentang suatu peristiwa. Dalam hubungan ini Kerlinger menyatakan bahwa : 

 

A theory is a of interrelated constructs (concepts) definitions, and propositions that present a systematic view of phenomena by specify relations among variables, with the purpose of explaining and predicting the phenomena.”4 

 

Masing–masing proposisi atau definisi atau konsep saling menerangkan sehingga kita memperoleh gambaran yang bulat dan utuh tentang suatu peristiwa. 

Ciri ketiga dari teori adalah beberapa di antaranya dapat diuji secara empiris. Pengujian secara empiris inilah yang menjadi tugas metodologi penelitian. 

Teori yang tersusun secara sistematis mempunyai beberapa fungsi tertentu, fungsi pertama adalah fungsi eksplanatif. Fungsi menjelaskan. Suatu teori harus mampu menjelaskan hubungan antara peristiwa yang satu dengan peristiwa lain yang terdapat dalam pengalaman empiris. Jika peristiwa yang satu adalah menurunnya nilai rupiah dibandingkan dengan valuta asing, dan peristiwa lainnya adalah menurunnya permintaan terhadap saham di pasar bursa, maka teori berusaha mencari dan menjelaskan hubungan di antara dua peristiwa ini. Eksplanasi adalah pernyataan tentang hubungan tertentu utnuk menggambarkan sejumlah kegiatan (fenomena) yang teramati. 

Teori Durkheim tenang hubungan antara keterisolasian sosial dengan tekanan psikologis dapat dipergunakan untuk menjelaskan tingginya angka bunuh diri di antara berbagai kelompok agama yang berbeda–beda tingkat partisipasi sosial anggotanya. Kemampuan ekspalanatif suatu teori ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain (1) kesederhanaan strukturnya, (2) kecermatan penjelasannya, dan (3) relevansinya terhadap fenomena sosial yang berbeda–beda.  

Fungsi kedua dari suatu teori adalah fungsi prediktif atau fungsi peramalan atau prakiraan. Jika suatu teori dapat menjelaskan hubungan antara pendidikan dengan pendapatan masyarakat, maka ia dapat pula memperkirakan tingkat pendapatan suatu masyarakat dengan perkembangan pendidikan tertentu. Eksplanasi bersifat positif, tetapi prediksi bersifat probabilitas. Jika langit mendung dengan awan hitam yang menutupinya, maka akan turun hujan. Langit mendung adalah fakta, kenyataan yang dapat diukur, sesuatu yang positif karena adalah sudah terjadi. Tetapi hujan turun masih bersifat kemungkinan, belum tentu terjadi. 

Prediksi dengan sifat yang probabilitas itu dapat diterapkan dalam tiga jenis situasi. Yang pertama untuk waktu yang akan datang. Pengetahuan kita terhadap waktu yang lampau dan waktu sekarang dapat diterapkan untuk waktu yang akan datang. Pada waktu–waktu yang telah kita lampaui, kita ketahui bahwa matahari selalu terbit di sebelah timur. Karena itu, kita mengatakan bahwa besok (belum kita masuki) suatu kepastian, melainkan pernyataan yang probailitas. Kepastiannya baru ada setelah kita menyaksikannya besok. Penerapan yang kedua adalah untuk tempat yang berbeda. Apabila pendidikan dapat menaikkan pendapatan suatu masyarakat lain yang belum pernah kita amati. Tetapi, bahwa pada masyarakat yang lain itu berlaku pernyataan tersebut, itu adalah suatu yang probalistis. Penerapan yang ketiga adalah di dalam kelompok sosial yang lebih besar. Jika pernyataan itu kita ketahui dalam kelompok masyarakat yang kecil, maka dapat juga kita berlakukan pada kelompok yang lebih besar. Tetapi, penerapannya dalam kelompok yang lebih besar itu bersifat probabilitis. 

Fungsi ketiga dari suatu teori adalah fungsi control. Teori tidak hanya menjelaskan dan memperkirakan, tetapi juga tidak hanya mengendalikan peristiwa supaya tidak mengarah pada hal–hal yang negatif.