Bagi Teman2 anak kebidanan silahkan dicopy,semoga postingan ini bisa jadi referensi dan dapat bermanfaat dan membantu dalam penulisan KTI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tujuan tersebut adalah melalui Indonesia sehat dengan fokus membentuk manusia berkualitas Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama (terukur dengan umur harapan hidup), menikmati hidup sehat (terukur dengan angka kesakitan dan kurang gizi), Serta mempunyai kesempatan meningkatkan ilmu pengetahuan.
Kesehatan memegang peran sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, yaitu agar bayi yang dilahirkan mempunyai potensi tinggi untuk mencapai tingkat produktivitas yang maksimal. Hal ini berarti bahwa sejak dalam kandungan keadaan kesehatan dan gizi janin harus lebih baik (Depkes, 2011).
Moehji (2010), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara makanan dan asupan gizi seorang wanita selama hamil dengan keadaan gizi bayi setelah lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Ibu yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) selama hamil akan menimbulkan masalah baik ibu maupun janin. Masalah yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan risiko dan komplikasi.
Gizi seorang ibu selama hamil mempunyai pengaruh yang sangat penting baik terhadap kesehatan maupun kemampuan memproduksi ASI dan menyusui bayi, kebutuhan gizi akan meningkat selama masa hamil untuk kebutuhan ibu dan janin (Denok, 2010). Masalah gizi yang dialami ibu hamil saat ini adalah gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia gizi (Depkes, 2011).
Angka kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia masih tergolong tinggi. Setiap tahun, 307 orang per 100.000 kelahiran atau 15.700 ibu melahirkan meninggal. Kasus kematian ibu hamil dan melahirkan banyak terjadi di daerah yang kekurangan tenaga bidan dan akses informasi mengenai kesehatan dan reproduksi sehat kurang memadai (Junaedi, 2008).
Kondisi bayi dalam kandungan seorang ibu sangat di pengaruhi keadaan gizi ibu sebelum dan selama mengandung. Wanita hamil berisiko mengalami KEK jika memiliki LILA < 23.5 cm. ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Proporsi ibu hamil umur 15-49 tahun dengan LILA<23 2013="" 24="" atau="" bali="" berisiko="" br="" cm="" dan="" di="" diindonesia="" iskesdas="" kek="" nusa="" proporsi="" sebesar="" sedangkan="" selatan="" sendiri="" sulawesi="" tenggara="" terendah="" tertinggi="" timur=""> Di Kota Makassar masih banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, Jumlah bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2013 sebanyak 611 dari 24.576 bayi lahir hidup atau sekitar 2,48% meningkat dari tahun 2012 sebanyak 473 dari 24.034 bayi lahir hidup atau sekitar 1,96%, meningkat dibandingkan tahun 2011 sebanyak 186 dari 26.129 bayi lahir hidup atau sekitar 0,71 % (Dinkes Makassar, 2013)
Ibu-ibu hamil pada umumnya belum terlalu memahami tentang pemenuhan gizi yang tepat selama kehamilan mereka seperti hanya mengetahui 4 sehat 5 sempurna saja makanan yang diperlukan dalam kehamilan. Oleh sebab itu berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan gizi selama kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar pada tahun 2015”.
23>
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dirumuskan masalah:
1. Bagaimanakah tingkat pendidikan ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar pada tahun 2015?
2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan asupan gizi selama kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar pada tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan asupan gizi selama kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar pada tahun 2015
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar pada tahun 2015
b. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan asupan gizi selama kehamilan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar pada tahun 2015
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar pengembangan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan tingkat pendidikan ibu hamil dengan asupan gizi selama kehamilan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi instansi pendidikan
Dapat menambah bahan acuan dan wawasan serta diharapkan menjadi masukan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan tentang tingkat pendidikan ibu dengan asupan gizi selama kehamilan.
b. Bagi instansi terkait/Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk masukan bagi Rumah sakit dalam memberikan informasi kepada pasien, melakukan tindakan pencegahan dan penanganan gizi pada Ibu Hamil.
c. Bagi penelitian selanjutnya
Menambah pengalaman, informasi, pengetahuan dan wawasan yang luas bagi penelitian selanjutnya mengenai kejadian kekurangan gizi pada ibu hamil, serta menambah kemampuan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas
d. Bagi responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan, agar responden mengetahui bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi kekurangan Gizi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara sederhana dapat dipahami sebagai proses belajar yang dialami seseorang untuk mengetahui, memahami, dan mampu mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali proses pendidikan ini hanya dimaknai sebagai aktivitas yang dilakukan anak didik dalam lingkungan sekolah. Padahal pendidikan dapat terjadi di lingkungan mana saja; kapanpun, dimanapun seseorang itu berada, baik di lingkungan keluarga, masyarakat serta lingkungan sosial lain dan tidak hanya terbatas pada lembaga formal pendidikan. Sejak lahir anak sebenarnya sudah melakukan pendidikan dengan bimbingan orang tua (keluarga) sebagai lingkungan yang paling dekat. Kemudian anak itu tumbuh dan berkembang menjadi seorang remaja. Seiring pertumbuhan itu seorang remaja semakin mengenal lingkungan sosial yang lebih kompleks sehingga banyak pula pengalaman yang dipelajarinya. Proses belajar itu akan berlangsung terus menerus sampai akhir hayat manusia.
Pendidikan menjadi aspek yang mendasar dalam menciptakan peradaban kebudayaan manusia. Penekanan terhadap kemampuan kebudayaan untuk berubah dapat membimbing kearah keparcayaan bahwa pendidikan itu sendiri dapat menggerakkan perubahan-perubahan dalam kebudayaan dan bahkan barangkali dapat mengatur jalannya sebuah kebudayaan.
Seorang ilmuan, ulama dan sejarahwan Ibnu khuldun juga berpendapat serupa tentang pentingnya pendidikan dalam mempengaruhi jalannya kebudayaan. Beliau menyatakan bahwa pendidikan berusaha untuk melahirkan masyarakat yang berkebudayaan serta berusaha untuk melestarikan eksistensi masyarakat selanjutnya, maka pendidikan akan mengarahkan pada pengembangan masyarakat yang berkualitas. Manusia atau masyarakat akan belajar terus menerus dalam memenuhi kebutuhan, mengatasi masalah.
Usaha-usaha yang dilakukan itu secara dinamis dapat membuahkan sebuah peradaban kebudayaan yang besar. Tanpa pendidikan (belajar) manusia tidak akan mampu berkembang membangun peradaban sedemikian rupa seperti yang dapat kita lihat sekarang ini. Setiap bangsa mampu menghasilkan kebudayaan dalam usaha pemenuhan kebutuhannya. Namun tidak semua kebudayaan itu dapat disebut sebagai peradaban. Kebudayaan yang bernilai agung saja yang dapat dikatakan peradaban. Perbedaan kebudayan itu sangat dipengaruhi oleh taraf pendidikan masing-masing bangsa itu. Kualitas pendidikan yang berbeda akan menghasilkan kebudayaan yang berbeda pula. Hal ini tergantung pada pola kebudayaan yang berlangsung dalam masyarakat suatu bangsa itu sendiri.
Untuk memahami arti pendidikan, berikut dikemukakan pengertian pendidikan yang dikutip dari beberapa tokoh. Secara etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogike, jamak dari kata pais yang berarti anak dan kata ago yang berarti aku membimbing. Jadi paedagogike berarti aku membimbing anak (Sudomo Hadi, 2008).
Tindakan membimbing tersebut di atas dapat dipahami sebagai pengertian pendidikan dalam konteks kehidupan masyarakat yang masih sederhana atau primitif. Bimbingan yang diberikan lebih menekankan pada lifeskill, bagaimana anak-anak mereka setelah dewasa nanti mampu mempertahankan hidup dengan berburu dan meramu yang baik, cara berlindung dari binatang buas, berperang dan mampu mempertahankan eksistensi kelompok di tengah persaingan dengan kelompok lain..
Definisi pendidikan yang memiliki subtansi lebih luas dikemukakan oleh Redja Mudyaharjo (2008), menurutnya “Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup”. Proses pendidikan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja tidak terbatas pada lingkungan sekolah. Pendidikan akan terus berlangsung meskipun seorang anak didik telah selesai menempuh pendidikan formal sampai jenjang yang tertinggi. Hakekatnya manusia akan terus menerus belajar dalam menempuh kehidupan ini sampai akhir hayatnya.
b. Pengukuran tingkat Pendidikan
Berdasarkan UU No. 2003 pasal 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa “Jenjang pendidikan formal terdiri atas Pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.
1) Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan dasar meliputi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
2) Pendidikan menengah
Pendidikan menengah ialah pendidikan yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja. Meliputi Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau sekolah yang lain yang sedrajat.
3) Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan dokter yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan profesional yang menerapkan, mengembangkan, menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
Pengukuran pendidikan di sini dimaksudkan untuk mengidentifikasi sejauh mana tingkatan pendidikan formal telah ditempuh oleh ibu hamil seperti yang telah dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Pengukuran tingkat pendidikan
Pendidikan Tingkat pendidikan
1. Pendidikan Dasar - Sekolah Dasar/sederajat
- Sekolah Menengah Pertama/sederajat
2. Pendidikan Menengah -Sekolah menengah Atas/sederajad,
-Sekolah Menengah Kejuruan
3. Pendidikan Tinggi -Program Pendidikan diploma
-Program Pendidikan Sarjana
-Program Pendidikan Magister
2. Asupan Gizi
a. Pengertian Asupan Gizi
Menurut Murti (2009) mengatakan bahwa asupan gizi adalah tanda-tanda penampilan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara gizi disatu pihak dan pengeluaran oleh organisme dilain pihak yang terlihat melalui variabel tertentu, variabel itu selanjutnya disebut indikator, misalnya berat badan, tinggi badan dan sebagainya.
Menurut Pujiati (2013), bahwa asupan gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Moehji (2010), bahwa kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan kesehatan dan gizi ibu hamil sebelum dan selama kehamilan. Masa hamil merupakan masa dimana unsur-unsur gizi diperlukan oleh seorang wanita jauh lebih banyak daripada yang diperlukan dalam keadaan biasa. Selain untuk kebutuhan tubuhnya sendiri, unsur-unsur gizi ini diperlukan oleh janin yang tumbuh dengan pesat.
Kondisi kesehatan dan gizi ibu hamil yang baik akan melahirkan bayi sehat dengan keadaan gizi yang baik serta memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik, sehingga produktif. Sebaliknya, kondisi kesehatan dan gizi yang buruk selama kehamilan akan menciptakan generasi sumber daya manusia dengan kecerdasan yang relatif rendah yang pada gilirannya tidak akan mampu berproduksi, dan pada akhirnya akan menjadi beban bagi masyarakat dan pemerintah. Sumber daya manusia dengan tingkat kecerdasan yang rendah sebagaimana tersebut diatas, terjadi sebagai akibat asupan gizi ibu yang buruk sebelum dan selama kehamilan (Depkes, 2011).
Kehamilan adalah suatu keadaan istimewa bagi seorang wanita sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi kehidupannya. Pola makan dan gaya hidup sehat dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim ibu. Pada masa kehamilan penatalaksanaan gizi pada ibu hamil bertujuan mencapai status gizi ibu yang optimal sehingga ibu menjalani kehamilan dengan aman, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental, serta memonitor kesehatan janin dan ibunya.
Perencanaan gizi untuk ibu hamil sebaiknya mengacu pada AKI (Angka Kecukupan Gizi), Kebutuhan ibu hamil akan protein meningkat sampai 68%, asam folat 100%, kalsium 50% dan zat besi 200%-300%. Bahan makanan yang dianjurkan harus meliputi 6 kelompok yaitu makanan yang mengandung protein (hewani dan nabati), susu dan olahannya, roti dan biji-bijian, buah dan sayuran yang kaya akan vitamin C, sayuran berwarna hijau tua dan buah (Nanni, 2008).
b. Kebutuhan Gizi ibu selama Hamil
Kebutuhan gizi selama ibu hamil meningkat karena selain diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu juga diperlukan untuk janin yang dikandungnya. Pemenuhan gizi selama hamil juga diperlukan untuk persiapan ASI serta tumbuh kembang bayi. Slah satu indicator terpenuhinya kebutuhan gizi selama hami adalah adanya penambahan berat badan ibu.
Menurut Rizkie (2011) zat-zat gizi penting yang dibutuhkan ibu selama hamil sebesar 2000 kalori per hari yang terdiri dari :
1) Karbohidrat (energi)
Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi utama dalam susunan menu sebagian masyarakat Indonesia. Pada umumnya, kandungan karbohidrat ini berkisar 60-70% dari total konsumsi energi. Kebutuhan energi bagi ibu hamil adalah 300 sampai 500.
2) Protein
Protein merupakan komponen terbesar yang terdapat didalam tubuh setelah air. Protein sebagai zat pembangun atau pembentuk jaringan baru, kekurangan asupan protein dapat menghambat pertumbuhan janin. Penambahan protein 12 gram/hari. Protein ada 2 macam yaitu protein nabati seperti : kacang-kacangan, tahu, tempe dan protein hewani seperti : telur, ikan, daging, susu dan lain-lain.
3) Lemak
Lemak merupakan sumber energi terbesar dalam tubuh. Berfungsi sebagai cadangan energi tubuh bagi ibu saat melahirkan, pelarut vitamin A, D, E, K, asam lemak. Asam lemak omega 3 dan juga diperlukan untuk perkembangan sistem syaraf, fungsi penglihatan dan pertumbuhan otak bayi juga sebagai bantalan bagi organ-organ tertentu seperti biji mata dan ginjal. Sumber lemak daging, susu, telur, mentega, minyak tumbuhan, dan lain-lain.
4) Vitamin
Dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis dalam tubuh. Misalnya vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan, vitamin B1 dan B2 sebagai pengahasil energi, vitamin B6 sebagai pengatur pemakaian protein tubuh, vitamin B12 membantu kelancaran pembentukan sel-sel darah merah, vitamin C membantu penyerapan zat besi guna mencegah anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium dan bahan dasar pembentukan tulang dan gigi janin. Sumber vitamin antara lain : sayuran, buah dan susu.
5) Mineral
a. Kalsium
Digunakan untuk menunjang tulang dan gigi serta persendian janin. Jika ibu hamil kekurangan kalsium maka kebutuhan kalsium akan diambilkan dari cadangan kalsium ibu. Ini akan mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis. Untuk itu ibu perlu mengkonsumsi telur, susu, keju, kacang, atau tablet kalsium dari puskesmas atau klinik, anjuran pemberian kalsium 1200 mg/hari bagi ibu hamil yang berusia diatas 25 tahun.
b. Zat besi
Erat kaitannya dengan anemia atau kekurangan sel darah merah. Sebagai adaptasi adanya perubahan psikologis selama kehamilan yang disebabkan oleh :
1) Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.
2) Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
3) Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada wanita, sehingga tidak mampu menyuplai kebutuhan zat besi atau mengembalikan persediaan darah yang hilang akibat persalinan sebelumnya.
c. Dampak negative kekurangan dan kelebihan gizi bagi ibu Hamil
1. Dampak Kekurangan Gizi
a) Ibu hamil lemas tidak berenergi
b) Pertumbuhan otak janin terganggu. Karena energi yang didapat dari lemak, karbohidrat, dan protein merupakan zat yang berperan dalam proses pembentukan otak.
c) Kurang Energi dan Protein (KEP) pada ibu hamil akan berdampak pada BB bayi yang dilahirkan, juga pada ukuran otak yang kecil dan jumlah sel otak yang kurang.
Pada ibu hamil dengan BB yang tak kunjung naik atau minim peningkatannya dari ketentuan penambahan BB, biasanya akan disarankan dokter untuk banyak mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak, karbohidrat, dan protein tinggi. Misalnya, daging, ikan, es krim, avokad, cakes, dan lainnya. Peningkatan BB umumnya sulit terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan karena ibu sering mengalamai mual-muntah dan kehilangan nafsu makan. Bisa juga BB tak meningkat meski ibu hamil sudah banyak makan. Jika ini yang terjadi, harus diamati komposisi makanan yang dikonsumsi, apakah bergizi atau tidak. Di sisi lain, jika kualitas makanan sudah baik namun BB tak kunjung naik, mungkin ada yang tak beres di alat-alat pencernaan, termasuk gigi. Gigi rusak membuat makanan tak dikunyah dengan baik, hingga tak dicerna dan diserap sempurna oleh tubuh
2. Dampak kelebihan gizi
a. Ibu hamil menjadi gemuk dan bisa menjadi faktor penyulit saat persalinan maupun kelak setelah melahirkan kala ingin menurunkan BB.
b. Makan berlebihan selama hamil sering menjadi penyebab munculnya kencing manis dan preeklampsia, selain mengakibatkan calon ibu lekas lelah dan sulit menjaga keseimbangan badan.
c. Meski tak selalu ibu hamil yang overweight mengalami preeklampsia atau diabetes, pertambahan BB yang berlebihan bisa membuat pertumbuhan janin terhambat. Sebab, bila odem/bengkak dan terjadi hipertensi, suplai nutrisi ke janin menjadi berkurang karena terjadi penyempitan pembuluh darah. Bukannya tak mungkin kondisi ini membuat kematian janin selagi dalam rahim.
d. Pengaturan Makan ibu selama hamil
Ibu hamil perlu pengaturan makan yang baik agar kebutuhan gizinya terpenuhi. Menurut Kasdu yang dikutip Hariyani (2011), tabel berikut ini menjelaskan tentang frekuensi penggunaan bahan makanan serta porsi yang harus dipenuhi oleh ibu hamil dalam sehari.
Tabel 2. Pengaturan Makan Ibu hamil
Jenis makanan Frekuensi dan jumlah makanan/hari
Makanan pokok
(beras,kentang,macaroni,mie) 2 piring nasi@200-250 gram
80 gram roti
100 gram kentang
Protein hewani
(daging, ikan, telur, ayam) 90 gram daging/ikan
1 butir telur
Protein nabati
(tahu, tempe, kacang-kacangan) 60 gram kacang-kacangan atau
100 gram tahu atau
100 gram tempe
Sayuran 3 mangkuk
Buah-buahan 2 porsi @ 100-150 gram
Mentega/margarine/minyak 2 sdm mentega/margarine
3 sdm minyak
Susu/yogurt 1 gelas
Sumber: Hariyani, 2011
e. Gizi dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan gizi
Zat-zat gizi adalah senyawa-senyawa kimia yang terkandung
dalam makanan yang pada gilirannya diserap dan digunakan untuk
meningkatkan kesehatan (Path, 2013).
Menurut Paryanto (2010), faktor yang mempengaruhi gizi ibu
hamil, yaitu :
1) Faktor langsung
Pada umumnya para ahli berpendapat, bahwa gizi secara langsung ditentukan oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut menurut Budiyanto (2009) antara lain:
a. Keterbatasan ekonomi
keterbatasan ekonomi yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizinya juga akan terganggu. Produk pangan (jenis dan jumlah makanan), jumlah macam makanan dan jenis serta banyaknya bahan makanan dalam pola pangan di suatu negara atau daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang.
b. Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan)
Dimulai dari penyiapan, penyajian dan penyimpanan makanan atau pangan hendaknya jangan sampai kadar gizi yang terkandung dalam bahan makanan tersebut tercemar atau tidak higienis dan mengandung banyak kuman penyakit.
c. Pembagian makanan dan pangan
Pembagian makanan dan pangan di dalam masyarakat indonesia umumnya masih dipengaruhi oleh adat atau tradisi, misalnya mereka masih percaya bahwa ayah adalah orang yang harus diutamakan dalam segala hal.
d. Akseptabilitas (daya terima)
Akseptabilitas menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan yang terkait dengan cara memilih dan menyajikan pangan. Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun-temurun untuk mencari, memilih, menangani, dan menyajikan makanan. Adat dan tradisi merupakan dasar perilaku tersebut. Kebiasaan pangan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat-zat gizi yang terkandung didalam pangan.
e. Prasangka buruk pada bahan makanan tertentu
Dalam hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan.
f. Kesukaan terhadap jenis makanan
Dalam pemenuhan makanan apabila berdasarkan pada makanan kesukaan saja akan berakibat menurunnya pemenuhan gizi, atau sebaliknya akan berlebih.
g. Pantangan pada makanan tertentu
Sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan. Tahayul dan larangan yang beragam yang didasarkan kepada kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia, misalnya pada ibu hamil, ada sebagian masyarakat yang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan.
h. Kebiasaan makan
Pada umumnya kebiasaan makan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kebiasaan ini berasal dari pola makan yang didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh keluarga.
i. Selera makan
Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi untuk energi, pertumbuhan, perkembangan dan kesehatannya. Selera makan dipicu oleh sistem tubuh misal dalam keadaan lapar, dan dipicu oleh pengolahan pangan serta penyajian makanan.
j. Pengetahuan gizi
Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan juga dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
1) Faktor Tidak Langsung
a. Pendidikan Keluarga
Tingkat pendidikan keluarga bukan satu-satunya faktor yang menentukan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan gizi keluarganya, namun faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang diperolehnya melalui berbagai informasi.
b. Faktor Budaya
Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan tertentu yang dipandang dari segi gizi sebenarnya mengandung zat gizi bagi ibu hamil.
c. Faktor Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status kesehatan dan gizi ibu hamil. Dimana sebagai tempat masyarakat memperoleh informasi tentang gizi dan informasi kesehatan lainnya, bukan hanya dari segi kuratif, tetapi juga preventif dan rehabilitatif.
B. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Gizi Ibu Hamil
Kekurangan energi kronik pada ibu hamil dipengaruhi oleh Pendidikan dan pengetahuan ibu tentang jumlah makanan dan pengetahuan tentang anggota keluarga yang diprioritaskan untuk memperoleh makanan.
Asupan gizi ibu hamil dipengaruhi oleh pendidikan ibu. Kekurangan energi kronik dipengaruhi oleh jumlah konsumsi energy protein yang dikonsumsi oleh ibu hamil, sedangkan konsumsi lemak dalam makanan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan status kekurangan energi kronik pada ibu hamil.
Upaya yang ditempuh untuk menurunkan prevalensi ibu hamil dengan asupan gizi kurang yaitu dengan cara pemberian suplemen gizi yang terdiri dari protein, mineral utama (essensial) dan kalori. Dalam hal ini harus dihindari pemberian dalam bentuk uang atau bahan makanan, karena kemungkinan tidak akan sampai kepada sasaran ibu hamil yang kita tuju. Yang paling baik untuk direkomendasikan adalah mengadakan penyuluhan tentang gizi ibu hamil serta makan siang bersama di posyandu dengan mengundang ibu hamil beserta anak balitanya. (Khaidar, 2008).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar pemikiran Variabel Yang Diteliti
Asupan gizi merupakan keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil. Gizi ibu hamil merupakan nutrisi yang diperlukan dalam jumlah yang banyak untuk pemenuhan gizi ibu sendiri dan perkembangan janin yang dikandungnya.
Pendidikan dapat dipahami sebagai proses belajar yang dialami seseorang untuk mengetahui, memahami, dan mampu mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkatan Pendidikan formal yang dimiliki oleh responden, dan perencanaan tindakan selanjutnya yang akan diambil sehubungan dengan Asupan gizi dengan menggunakan kuisioner sebagai instrument penilaian.
B. Kerangka Konsep
Keterangan :
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
C. Defenisi Operasional
1. Asupan Gizi
Asupan gizi adalah tanda-tanda penampilan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara gizi disatu pihak dan pengeluaran oleh organisme dilain pihak yang terlihat melalui variabel tertentu.
Kriteria objektif :
Baik : apabila pertanyaan dijawab oleh ibu >75%
Jawaban Benar
Kurang Baik : apabila pertanyaan dijawab oleh ibu <75 br=""> Jawaban Benar
2. Pendidikan
Pendidikan secara sederhana dapat dipahami sebagai proses belajar yang dialami seseorang untuk mengetahui, memahami, dan mampu mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian pendidikan diperoleh dari pengisian responden dalam bentuk kuesioner berdasarkan pendidikannya.
dimana :
1: Pendidikan Dasar
2: Pendidikan Menengah
3: pendidikan Tinggi
D. Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada Hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan gizi selama kehamilan
a. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak Ada Hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan gizi selama kehamilan75>
As stated by Stanford Medical, It is indeed the one and ONLY reason women in this country get to live 10 years longer and weigh an average of 42 lbs less than us.
ReplyDelete(And actually, it has NOTHING to do with genetics or some hard exercise and absolutely EVERYTHING to related to "how" they eat.)
P.S, What I said is "HOW", and not "what"...
Tap this link to find out if this little questionnaire can help you unlock your real weight loss potential